Sampai saat ini, para ilmuwan belum menemukan penjelasan pasti mengapa rotasi Bumi bisa berubah secepat ini. Salah satu dugaan menyebutkan bahwa posisi Bulan yang menjauh dari ekuator mungkin menjadi faktor penyebabnya. Menurut Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskow, peningkatan ini cukup mengejutkan.
“Tidak seorang pun menduga ini. Model samudra dan atmosfer saat ini tidak dapat menjelaskan peningkatan kecepatan rotasi yang signifikan ini,” ungkap Zotov kepada TimeandDate.com.Beberapa peneliti juga meyakini bahwa inti Bumi mungkin menjadi penyebab utama perubahan ini, bukan faktor eksternal seperti atmosfer atau pergerakan air laut. Inilah yang membuat para ilmuwan semakin sulit memprediksi bagaimana rotasi Bumi akan berubah di masa depan.
Meski hanya berlangsung dalam hitungan milidetik, fenomena ini berdampak besar terhadap sistem waktu global. Karena itu, para ahli kini tengah mempertimbangkan kemungkinan penerapan “detik kabisat negatif” pada tahun 2029—sebuah langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Duncan Agnew, ahli geofisika dari University of California, menyebut bahwa ini adalah situasi yang benar-benar baru. Meskipun tidak membahayakan, perubahan kecil ini tetap penting karena berpengaruh pada sistem pengukuran waktu yang digunakan dalam berbagai teknologi modern. Fakta menarik lainnya, hari di Bumi tidak selalu 24 jam. Misalnya, pada Zaman Perunggu, satu hari hanya berlangsung sekitar 23 jam. Ini menunjukkan bahwa kecepatan rotasi Bumi bisa berubah secara alami karena berbagai faktor geofisika. Fenomena yang terjadi pada tahun 2025 ini menjadi pengingat bahwa Bumi terus mengalami perubahan, dan para ilmuwan perlu terus memantau serta menyesuaikan sistem pengukuran waktu agar tetap relevan dan akurat.
Belum ada komentar.