Daluang, Kertas Asli Nusantara Sejak Zaman Nenek Moyang Kita

Wargi Sumedang tahu peribahasa ini; “Peso pangot ninggang lontar, daluang katinggang mangsi, sugan bae katuliskeun.” atau ini; "neang luang tina daluang". Dan wargi Sumedang tentunya sudah mengenal dong dengan daluang?

Kalimat di atas menyiratkan kearifan leluhur yang mengakhiri baris pertama dan kedua dengan kata “katuliskeun” yang bermakna tertakdirkan pada baris ketiga. 

Lalu bunyi pepatah Sunda lain yang secara langsung menyiratkan kearifan budaya dalam kertas daluang adalah “Neang luang tina daluang” luang adalah pengalaman. Beberapa orang lantas mengartikan daluang  sebagai “dari luang” yang artinya; catatan yang tertoreh di daluang ini sebenarnya adalah dokumentasi dari pengalaman manusia yang berguna untuk sesamanya.

Daluang biasa orang Sunda menyebutnya, kalau di Jawa biasa menyebutnya deluwang. Terbuat dari serat kayu paper mulberry (Broussonetia papyryfera Vent) atau dikenal dengan sebutan pohon saeh di tanah Sunda. Di Nusantara dan dunia, daluang dikenal sebagai media penulisan naskah kuno karena seratnya paling kuat dibanding serat lainnya.

Kertas Daluang dikenal sebagai media penulisan naskah kuno karena seratnya paling kuat dibanding serat lainnya.

Dahulu orang menggunakan daluang untuk menulis naskah atau melukis. Bahkan kulit pohon daluang dapat dibuat pakaian seperti dikenakan sejumlah etnis Polinesia yang disebut kain tapa. 

Masyarakat Indonesia hingga Kepulauan Lautan Teduh (Samudera Pasifik) di zaman kuno telah memiliki keterampilan mengolah daluang menjadi pakaian dan berbagai peralatan sehari-hari. Hal ini terbukti beberapa artefak kuno yang ditemukan ditulis di atas daluang.

Keberadaan daluang bisa dilihat dalam naskah kuno Kakawin Ramayana yang berasal dari abad ke-9. Dalam naskah itu disebutkan daluang sebagai bahan pakaian pandita (sebutan untuk orang yang bijaksana). 

Pada abad ke-18, daluang dipergunakan bukan hanya sebagai pakaian pandita, tetapi juga kertas suci, ketu (mahkota penutup kepala), dan pakaian untuk menjauhkan dari ikatan duniawi.

Memang tidak banyak yang tahu bila daluang merupakan cikal bakal kertas asli Indonesia. Ratusan tahun lalu penduduk di kepulauan Indonesia telah mengenal budaya menulis, sehingga mereka memiliki cara bagaimana membuat media menulis yang lebih praktis dan mudah digunakan. Maka diciptakannya daluang.

Sebelum Islam datang ke Indonesia, daluang digunakan sebagai bahan wayang beber, salah satu jenis wayang di Jawa yang memanfaatkan lembaran atau gulungan daluang untuk merekam kisah atau cerita pewayangan dalam bentuk bahasa gambar.

Kemudian daluang banyak digunakan oleh para sastrawan, pelukis, dan juga digunakan oleh para santri untuk menulis ayat-ayat Al-Quran, hingga pemanfaatannya untuk keperluan administrasi di zaman kolonial hingga awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam proses pembuatan kertas daluang sebenarnya sangat sederhana, dimulai dari memotong-motong dan menguliti batang pohon saeh. Lalu kulit pohon direndam di dalam air bersih setelah kulit ari-arinya dibuang terlebih dulu. 

Setelah itu kulit pohon dipukul-pukul dengan menggunakan alat yang disebut pameupeuh. Kemudian kulit pohon dicuci dan diperas, lalu dipukul-pukul lagi sampai mencapai kelebaran yang diinginkan (biasanya sekitar setengah meter), lalu dijemur sampai setengah kering.

Adapun keunikan lain dari kertas daluang, dari satu lembar kertas akan berbeda dengan kertas lainnya. Hal tersebut dikarenakan oleh tekhnik pembuatannya yang seratus persen manual, tekstur kertas yang terbentuk oleh karakter serat kulit kayu dapat dipertahankan dan memberi corak keunikan tersendiri pada setiap lembarannya. 

Nah untuk  perbedaan kertas daluang antara satu daerah dengan daerah lainnya dapat juga dipelajari, karena pembuatan kertas daluang ini adalah seratus persen alami dari pohon saeh. Maka kualitas kertas pada satu daerah dan daerah lainnya tentu memiliki karakter dan ciri khasnya tersendiri. 

Selain disebabkan oleh faktor cuaca dan keadaan tanah yang berbeda pada lokasi tanaman saeh berada, juga disebabkan karena masing-masing daerah mempunyai teknik tersendiri dalam menggarap pohon saeh untuk menjadi kertas daluang. 

Makin tahu Indonesia.

 

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel