Idul Fitri merupakan puncak dari seluruh rangkaian proses ibadah selama bulan Ramadan. Dalam bulan tersebut umat muslim melakukan ibadah puasa dengan penuh keimanan kepada Allah SWT. Kemudian pada tanggal 1 Syawal seluruh umat Islam merayakan Idul Fitri dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur. Masyarakat tumpah ruah menggemakan takbir dan melaksanakan salat Idul Fitri. Penanggalan 1 Syawal 1444 Hijriah dalam kalender Masehi yaitu 22 April 2023 hal tersebut dijelaskan langsung oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengumumkan penetapan Hari Raya Idul Fitri 2023 jatuh pada Sabtu (22/4/2023). "Sidang isbat secara mufakat penetapan 1 Syawal 1444 hijriah jatuh pada Sabtu 22 April 2023," jelas Menag Yaqut di Kemenag, Kamis (20/4/2023). Dikutip dari YouTube Kemenag RI.
Sebuah hadiah untuk umat muslim di Kabupaten Sumedang khususnya perihal berbarengan hari Raya Idul Fitri dengan Hari Jadi Kabupaten Sumedang yang ke-445 tahun. Secara kebahasaan, Idul Fitri merupakan bahasa Arab yang bisa bermakna hari raya Fitri atau lebih sering diterjamahkan dengan istilah hari raya Idul Fitri. ’Idun dalam bahasa Arab bermakna hari raya atau perayaan, bisa juga bermakna kembali. Sementara fitri bermakna fitrah, bisa juga bermakna makan (tidak puasa). Dengan demikian, Idul Fitri mengandung dimensi kembali ke fitrah dan tidak hanya sekadar makan-makan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fitrah memiliki arti sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan. Kembali ke fitrah berarti kembali pada sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan manusia yang berlaku universal. Dalam hadis yang sangat terkenal, Baginda Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah (kullu mauludin yuladu ’alal fithrati). Mungkin karena faktor ini, perayaan Idul Fitri yang berkembang di Indonesia sarat dengan budaya saling mengunjungi serta saling bermaaf-maafan yang dikenal dengan istilah halalbihalal. Perihal kembali ke Fitri dan tentang Sumedang, memaknai dari kata Sumedang itu sendiri, yakni "Insun Medal, Insun Madangan" yang artinya "Aku terlahir untuk menerangi" begitu kata Prabu Tajimalela. Sumedang mempunyai ciri khas sebagai kota kuno khas di Pulau Jawa, adalah terdapat Alun-alun sebagai pusat yang dikelilingi Mesjid Agung, rumah penjara, dan kantor pemerintahan. Di tengah alun-alun terdapat kontruksi yang bernama Lingga, tugu peringatan yang dibangun pada tahun 1922. Dibuat oleh Pangeran Siching dari Negeri Belanda dan dipersembahkan untuk Pangeran Aria Soeriaatmadja atas jasa-jasanya dalam mengembangkan Kabupaten Sumedang. Lingga diresmikan pada tanggal 22 Juli 1922 oleh Gubernur Jenderal Mr. Dr. Dirk Fock Mencapai saat ini Lingga dibuat sebagai lambang daerah Kabupaten Sumedang dan tanggal 22 April diperingati sebagai hari sah Kabupaten Sumedang. Penetapan Hari Sah Kabupaten Sumedang akrab kaitannya dengan kejadian di atas. Terdapat tiga sumber sejarah yang dibuat sebagai pegangan dalam menentukan Hari Sah Kabupaten Sumedang: Pertama : Kitab Waruga Jagat, yang disusun Mas Ngabehi Perana tahun 1117 H. Kendati tak begitu lengkap isinya, namun sangat membantu dalam upaya mencari tanggal akurat untuk dibuat sebagai pegangan/penentuan Hari Sah Sumedang."Pajajaran Merad Kang Merad Ing Dina Selasa Ping 14 Wulan Syafar Tahun Jim Akhir," artinya: Kerajaan Pajajaran runtuh pada 14 Syafar tahun Jim Akhir. Kedua : Buku Rucatan Sejarah yang disusun Dr. R. Asikin Widjayakusumah yang menyertakan selang lain: Pangeran Geusan Ulun Jumeneng Nalendra (harita teu kabawa kasasaha) di Sumedang Larang sabada burak Pajajaran. Artinya, Pangeran Geusan Ulun menjadi raja yang berdaulat di Sumedang Larang setelah Kerajaan Pajajaran hasilnya. Tiga : Dibuat Prof. Dr. Husein Djajadiningrat berjudul : Critise Beshuocing van de Sejarah Banten. Desertasi ini selang lain menyebutkan serangan tentara Islam ke Ibukota Pajajaran terjadi pada tahun 1579, akuratnya Hari pertama 1 Muharam tahun Alif. Mengacu pada ketiga sumber sejarah tadi, maka dalam diskusi untuk menentukan Hari Sah Sumedang yang dihadiri para sejarawan masing-masing Drs. Said Raksakusumah; Drs. Amir Sutaarga; Drs. Saleh Dana Sasmita; Dr. Atja dan Drs. A Gurfani, sukses menyimpulkan bahwa 14 Syafar Tahun Jim Kesudahan itu jatuh pada tahun 1578 Masehi, bukan tahun 1579, akuratnya 22 April 1578. Atas landasan itu DPRD Daerah Tingkat II Sumedang waktu itu, dalam Keputusan Nomor 1/Kprs/DPRD/Smd/1973, Tanggal 8 Oktober 1973, menetapkan tanggal 22 April 1578 sebagai Hari Sah Kabupaten Sumedang. Sesuai dengan filosofi Insun Medal Insun Madangan yang berarti kami lahir untuk menerangi, dan tentang hari kemenangan kembali ke fitrah, semoga semua warga Sumedang; pemerintah dan masyarakat bertekad untuk selalu memberikan kemanfaatan bagi masyarakat dan daerah sekitarnya. Semoga lebaran tahun ini, di hari kemenangan, terlahir kembali suci dan terus menerangi.
Precious
Dec 07, 2023 23:41Wow, superb blog stгᥙcture! H᧐w long have you ever been running a blog fоr? you madе bloɡging look easy. The whole glance of your webѕite iѕ great, as smartly as the content!
Rosalind
Dec 12, 2023 17:51Wow! Тhis blog looks exactly like my old one! It's on a comрletely different topic but it has pretty much the same ⲣage layout and design. Superb choіce of colors!