Iket Sunda, Ada Sebuah Makna dan Jenisnya Dari Dulu Hingga Sekarang

Untuk hal yang satu ini, tentu wargi Sumedang pernah memakainya atau setiap hari memakainya, ragam bentuknya sangat indah di kepala, apalagi banyak makna yang terkandung. Ya, iket Sunda. Adapun yang menyebutnya Totopong.

Iket Sunda merupakan salah satu Warisan Budaya Takbenda yang ditetapkan oleh Kemendikbud. Iket Sunda merupakan aksesoris khas daerah yang digunakan di kepala. Iket Sunda juga biasa dikenal dengan Totopong. 

Iket Sunda merupakan suatu kain berbentuk bujur sangkar yang dapat diikat di kepala dengan berbagai bentuk. Iket Sunda biasanya identik dengan pakaian tradisional pria Sunda. Selain untuk busana, Iket Sunda juga memiliki makna dan filosofis yang mendalam di budaya Sunda.

Iket Sunda bukan hanya sekadar kain yang digunakan di kepala, makna iket jauh besar dari hanya sekadar pelindung atau menandakan status sosial. Iket dibentuk dari kain berbentuk bujur sangkar yang memiliki empat sudut, keempat sudut itu memiliki makna sebagai sudut kereteg hate ( kereteg = perasaan atau suara hati yang timbul dengan sendirinya, hate = hati. Kereteg hate diartikan sebagai niat), ucapan (lisan), tingkah (sikap), dan raga(badan). Kemudian kain itu dilipat dua membentuk segitiga sama kaki dengan tiga sudut. Ketiga sudut tersebut mencerminkan tiga azas tritunggal kesetaraan dalam hidup kemasyarakatan yakni triangtu yang terdiri dari resi pemimpin agama, rama (pemimpin rakyat), dan perebu (pemimpin wilayah).

Perkembangan Iket di kalangan muda terus berjalan seiring waktu hingga kini para kaum muda masih terus memakainya, bahkan dengan adanya Rebo Nyunda diharuskan mempergunakan pakaian adat Sunda, diantaranya dengan memakai Iket. 

Iket kini sudah menjadi ikon Sunda dengan berbagai jenis bentuk dan gayanya, ada iket tradisional dan ada pula iket modern yang hanya tinggal memakainya. Keduanya menjadi ciri khas orang Sunda (Jawa Barat) dan penyebarannya hampir di semua kota dan kabupaten di Jawa Barat. 

Halaman Selanjutnya