Dilansir dari pu.go.id Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta-Jawa Barat Brawijaya mengatakan, terdapat teknologi khusus yang diterapkan dalam pembangunan Tol Cisumdawu, yakni tekonologi geofoam EPS yang diterapkan pada pembangunan Seksi 5A di Desa Cipamekar, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang. "Pada Seksi 5A ini, terdapat bagian tanah labil dan berair sehingga tidak bisa ditangani dengan urugan atau konstruksi biasa. Ini yang pertama dikerjakan dengan skala massal dengan volume hampir 40 ribu m3. Timbunan ringan ini akan mengurangi risiko longsor," kata Brawijaya. Geofoam EPS adalah material yang berbentuk balok-balok berbobot ringan dan sudah biasa diterapkan di luar negeri, terutama untuk menangani lapisan tanah yang labil. "Kelebihan utama dari geofoam adalah bebannya yang ringan. Sebagai perbandingan berat tanah timbunan adalah 1800 kg/m3, sedangkan berat geofoam hanya 25 kg/m3," ujar Brawijaya. Lebih tahu lagi tentang EPS Geofoam adalah High Density Polystyrene (EPS) yang dibentuk sebagai balok besar ringan yang digunakan dalam bidang konstruksi. EPS Geofoam diperkenalkan dalam dunia konstruksi pada tahun 1972 di Norwegia pada pembuatan jalan di tanah yang labil (poor soil), seiring dengan berjalannya waktu penggunaan EPS Geofoam berkembang penggunaanya pada pembuatan jalur LRT yang diterapkan di USA, Utah, Salt Lake City.
Berat jenis EPS Geofoam yang sangat ringan yaitu sekitar 1/10 atau 10% dari rata-rata berat tanah urugan pilihan, material tersebut dapat mengurangi beban yang harus ditanggung oleh tanah dasar dengan sangat signifikan sehingga akan mengurangi dan memperlambat proses penurunan (settlement) pada tanah dasar terutama tanah lunak.
Belum ada komentar.