Kanjut Kundang dan Ritus Puput Puseur

Apakah wargi Sumedang pernah mendengar kanjut kundang? Sampai hari ini di Sumedang sendiri tentunya masih ada yang menggunaknnya. Baik bukan mimin bermaksud jorok dengan kata kanjut di sini yah. Karena dalam bahasa Sunda, arti kanjut itu berbeda-beda juga loh.

Nah, Kanjut Kundang merupakan artefak budaya multi fungsi yang sudah ada sejak lama di daerah Bandung, Jawa Barat. Sebagai informasi awal, nyatanya tas serut yang disebut “Kanjut Kundang” ini pun juga dipakai sebagai artefak yang sama didaerah lainnya meski dengan adat dan aturan yang berbeda.

Kanjut Kundang merupakan kain berbentuk tas serut kecil yang pada mulanya dipakai sebagai dompet untuk menyimpan uang.

Kanjut Kundang tersebut tidak peduli bagaimana coraknya, kain yang dipergunakan apa, ukurannya berapa, asalkan bentuknya tas serut kecil mungkin dengan panjang sisi di bawah 50cm maka dapat disebut Kanjut Kundang dalam arti lain, tas serut yang berukuran besar cenderung tidak dapat dikatakan sebagai Kanjut Kundang. Artinya orang Sunda sejak dahulu sudah mengajarkan supaya kemanapun pergi harus selalu membawa tempat uang.

Kanjut Kundang  juga digunakan dalam acara kelahiran maupun pernikahan. Dalam kelahiran bayi, Kanjut Kundang digunakan saat upacara Puput Puseur yaitu prosesi pemotongan tali pusar bayi. Bayi yang baru terlahir pastinya masih terikat dengan tali ari-ari atau tali pusat bayi,tali yang menghubungkan antara pusat bayi dengan ibunya untuk pemberian nutrisi pada bayi ketika masih didalam kandungan, tali ari-ari itu pada akhirnya akan digunting dan dibuang.

Namun di daerah Jawa Barat, khususnya Bandung, ada hal-hal tertentu yang berkaitan dengan tali ari-ari bayi atau tali pusat bayi. Di daerah Jawa barat, Bandung, ketika bayi baru lahir biasanya diadakan beberapa upacara adat salah satunya adalah puput puseur.

Puput puseur adalah upacara adat sunda yang berkaitan dengan tata cara pemotongan hingga perawatan tali pusat bayi atau tali ari-ari. Puput puseur ini biasanya diadakan sekaligus dengan pemberian nama bayi, didalamnya terdapat acara pemberian doa selamat dan bubur merah-bubur putih yang kelak akan dibagikan ke warga sekitar.

Ritual puput puseur diawali dengan pemotongan tali pusat bayi. Tali pusat bayi yang telah dipotong dimasukan kedalam kanjut kundang, tas kecil yang sedikit panjang dan terbuat dari kain, oleh indung beurang. Kemudian pusat bayi ditutup oleh logam yang telah dibungkus oleh kasa dan diikatkan kepada perut bayi agar pusat bayi tidak dosol (menonjol).

Pada adat puput puseur dan kepercayaan orang Sunda, tali pusat bayi yang telah dipotong harus dirawat baik-baik karena itu termasuk saudara bayi. Biasanya di masukan kedalam kendi dan dikubur di dekat rumah, lalu diberi pencahayaan.

Orang sunda percaya bahwa bayi yang baru lahir, terlahir dengan 4 saudaranya, yang disebut dulur opat kalima pancer. 4 hal tersebut adalah tali pusat, tembuni, pembungkus, dan kakawah. Serta yang menjadi kalima pancernya adalah bayi itu sendiri. Mengapa ke 4 hal tersebut harus dirawat dan dijaga dengan baik?

Karena orang Sunda percaya bahwa dengan merawat baik dulur opat kalima pancer kelak bayi akan hidup rukun dengan saudaranya, yaitu kaka dan adik-adiknya.

Eksistensi upacara Puput Puseur sebagai wujud budaya non benda memberikan kontribusi pula terhadap pemanfaatan lingkungan masyarakat dalam mengajarkan kesalehan sosial dan kesetiakawanan sosial untuk saling menyanyangi sesama umat manusia (silih asih, silih asuh, silih asah).

Makin Tahu Indonesia.

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828