Kedok Atrok, Sebuah Pertunjukan Seni dari Bengkel Seni Absurd

Kedok Atrok adalah sebuah tari kreasi yang diciptakan oleh seniman asal Sumedang, yaitu Deden Indrawan. Berkecimpung dalam dunia kesenian, ia membentuk kelompok seni di Sumedang  pada tahun 1989. Tahun 1990-1991, ia bergabung di Komunitas Teater Bulungan Jakarta untuk menimba pengalamannya.

Gagasan lahirnya kedok (topeng) tersebut merupakan pengembangan dari tokoh Rahwana (Sang Hyang Rancasan) dalam versi cerita Sunda. Kedok artinya topeng dan atrok berarti berkelana, yakni tarian tak beraturan yang dalam bahasa Sunda disebut dengan istilah ngatrok.

Kedok atrok mulai diperkenalkan tahun 1992 secara perdana di Kabupaten Sumedang pada sebuah kegiatan event besar. Tari tersebut pernah dikolaborasikan dengan komunitas seni Teja (Teater Jalanan) pimpinan S. Priayadi di Jogjakarta tahun 2003.

Pada saat itu pun Deden Indrawan mendirikan sebuah wadah kesenian yang bernama Bengkel Seni Absurd pada tahun 1992. Bengkel Seni Absurd berawal dari sebuah grup teater di Kabupaten Sumedang yang beranggotakan beberapa orang. Bengkel Seni Absurd mempunyai konsep BUTERAMUSTRA (Budaya teater musik perupa dan sastra).

Selain fokus pada kesenian, Bengkel Seni Absurd sering terlibat pada kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Adapun pemaknaan jenis tarian ini berdasarkan kearifan lokal dan legenda-legenda yang berkembang di masyarakat Sumedang.

Sosok Rahwana digambarkan sebagai sosok menyeramkan. Namun dalam tarian Kedok Atrok tersebut, tokoh Rahwana disampaikan sebagai pesan kritik sosial atas perusakan alam.

Untuk pendukung musik Kedok Atrok tersebut, menggunakan material hasil-hasil dari alam, baik seni musik mau pun kostum yang dipakainya. Alat-alat seni musik pengiring tersebut, terdiri dari gamelan batu, songsong tamiang, didgeridoo dan dogdog.

Kedok Atrok juga di dukung oleh tarian ronggeng centring manik sebagai sosok gambaran seorang wanita yang disebut indung buana dengan tarian ular. Kostum Rahwana pun dihiasi dari benda alam antara lain bubuay (kembang hoe/rotan), buah hoe, akar karamay (untuk rambut rahwana), topeng dibuat dari jenis kayu kisereh dan tembaga-kulit kayu-batu untuk asesoris gelang.

Jenis tarian Kedok Atrok, memiliki beberapa karakter rahwana yang diambil dari pengembangan empat unsur alam (air, api, tanah, angin) yang terdiri dari gaya tradisi, kontemporer dan modern. Oleh sebab itulah, model atau jenis topeng terdiri dari 4 macam, yakni Ki Banyu Saketi (air), Ki Sapta Geni (api), Ki Sapta Lemah (tanah), dan Bayu Reksi (angin).

Kerap kali Kedok Atrok digelar dibeberapa pertunjukan di Sumedang dan di luar kota Sumedang, bahkan pernah membawa harum nama Sumedang pada kegiatan Kemilau Nusantara saat membawakan pertunjukan Kedok Atrok.

Ada pun beberapa televisi yang sudah meliput langsung pertunjukan Kedok Atrok dan beberapa fotografer lokal mau pun internasional sudah banyak yang mengabadikan pertunjukan Kedok Atrok tersebut.