Cut Nyak Dien diasingkan oleh Belanda ke Sumedang sekitar tahun 1901. Cut Nyak Dhien yang genap berusia 58 tahun dibawa dari Aceh ke Batavia dengan menggunakan kapal laut untuk kemudian menuju Sumedang. Selama hidup di Sumedang, Cut Nya Dhien memiliki julukan baru, yaitu sebagai Ibu Suci atau Ibu Prabu karena pintar melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Berdasarkan riwayat dari putra (almarhum) Siti Hodijah, yakni (almarhum) Raden Oemar Sumantri dan juga dari putra mantan karyawan YPS (Yayasan Pangeran Sumedang) (almarhum) Raden Haji Bulkini, yakni Raden Haji Iyus Jayusman yang juga merupakan Sesepuh Kaum.
Kemudian ditulis ulang oleh putra dari Raden Oemar Sumantri, yakni Raden Dadan Rusnandar Kusumah sebagai pengurus atau juru kunci seluruh makam yang ada di sekitar serta termasuk makam Cut Nyak Dien. Juru kunci makam Cut Nyak Dien secara turun temurun merupakan keturunan dari Haji Sanusi.
Asep Gusnandar (54) yang saat ini menjadi juru kunci makam Cut Nyak Dien mengaku sebagai keturanan ke-6 dari almarhum Haji Sanusi dan keturunan ke-4 dari almarhum Siti Hodijah. Makam Cut Nyak Dien berada di Komplek Pemakaman Gunung Puyuh atau berdekatan dengan Komplek Pemakaman Bangsawan Sumedang, yakni Pangeran Suria Kusumah Adinata atau Pangeran Sugih, kalau sekeliling makam Cut Nyak Dien itu makam-makam keturunan Haji Sanusi, kalau yang di luar pagar ini makam keluarganya Eyang Sugih (Pangeran Sugih). Buat tiket masuk ke makam Cut Nyak Dien mulai dari Rp.5000 Ayo buruan cepet kapan lagi buat ber ziarah makam cut nyak dhien supaya lebih mengenal sejarah yang ada di kota di Sumedang ini. Oleh: Fazar Sidiq
Belum ada komentar.