Mengenal Ki Kebo Kenongo Seagai Juru Rajah Sumedang

Sebagian wargi Sumedang, tentunya sudah mengenal sosok beliau, ya biasa disapa Ki Kebo. Dalam beberapa pertunjukan sebagai pawang ular, bahkan kerap mengisi di beberapa televisi, bisa dicari dikanal Youtube. Akan tetapi kali ini tidak akan membahas mengenai sosok beliau sebagai pawang ular, tetapi sebagai juru rajah di Sumedang. 

Sadar, rajah merupakan seni buhun yang perlu dilestarikan, Ki Kebo Kenongo mencoba mewariskannya kemampuannya membawakan rajah kepada generasi-generasi di bawahnya, seperti yang dilakukan band eksperimental asal Sumedang yang kerap membawakan rajah-rajah dari Ki Kebo untuk mengenalkan pada anak muda.

Rajah tidak selalu berarti “bagian awal pantun Sunda yang dibawakan oleh juru pantun”. Rajah juga bisa berdiri sendiri, terutama dalam acara seperti ruwatan. Dalam ruwatan, rajah menjadi semacam doa memohon keselamatan. Ruwat sama dengan luwar ‘lepas atau terlepas’. Diruwat artinya dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman/akibat yang menimbulkan bahaya, malapetaka, atau keadaan menyedihkan.

Rajah semacam itulah yang ditekuni oleh Ki Kebo Kenongo, yang bernama asli Darsum Dipa Atmaya, juru rajah yang tinggal di Dusun Batukarut, Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang. Yang dibawakan Ki Kebo adalah Rajah Cirebonan, rajah yang dipengaruhi ajaran Islam Kacirebonan (Sunan Gunung Jati, Syekh Syarif Hidyatullah). Rajah Cirebonan diterima di Sumedang karena sang sunan keturunan Sumedang. Bagi orang Sumedang, Babad Cirebon juga Babad 
Sumedang.

Beliau keturunan dari Pangeran Sito Darjo yang mewariskan rajah kepada ayahnya, Dipa Atmaya (lahir di Majalengka, 1870. Wafat di Sumedang, 1978). Beliau mempelajari rajah dari ayahnya sejak tahun 1968 dan terus menerus dibimbing semasa hidup. Disamping itu, dari ayahnya, beliau juga belajar sebagai pawang ular. Setelah ayahnya wafat, beliau menggantikan peran ayahnya sebagai Juru Rajah hingga sekarang.

Rajah yang ada dalam arsip hidup Ki Kebo Kenongo ini adalah sebagai berikut.

1.  Pun Sampun Nya Paralun
2.  Jampe Menyan Sri Pohaci
3.  Amitan Ka Alam Kabir Alam Sagir
4.  Amitan Ka Sajarah Sumedang
5.  Jampe Pangasalan Manusa
6.  Jampe Kabedasan Manusa Kakuatan Manusa
7.  Jampe Ningkatkeun Harkat Darajat Manusia (Kang Jemanten Putih)
8.  Syahadat Geni-Angin-Banyu-Bumi
9.  Jampe Asihan Cucuduk Daun Sulangkar
10. Jampe Madum Sarpin
11. Jampe Kasampurnaan (Syahadat Takobal Du’ai)
12. Syahadat Bawa Iman Sajati
13. Jampe Wudhu Sholat Gaib
14. Jampe Sholat Gaib
15. Amitan Ka Embah Puun Nu Calik di Baduy
16. Sabda Ratu Kidul
17. Kidung Rumeksa Ing Wengi
18. Kidung Pangruatan

Nah, begitu wargi Sumedang, mengenal sastra lisan tentang rajah memang harus dilestarikan, agar tahu Indonesia dari Sumedang. Menarik yah, ada yg ingin belajar? Sila datang saja langsung.

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828