Mengenal Wakil Presiden ke-4 Republik Indonesia Asli Sumedang

Jika wargi Sumedang melintas jalan ke arah Situraja, dari Ganeas ada jalan bernama Jl. Rd. Umar Wirahadikusumah. Wargi Sumedang pasti sudah tahu dong nama tersebut.

Kali ini, mimin akan membahas tokoh asal Sumedang yang menjadi Wakil Presiden ke-4 Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai Wapres di era kepemimpinan Presiden Soeharto, dari 1983 hingga 1988, menggantikan Adam Malik.

Nama Jalan bertuliskan Rd. Umar Wirahadikusumah

Dikutip dari kepustakan presiden, Umar Wirahadikusumah, lahir di Situraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada 10 Oktober 1924, atau empat tahun sebelum ikrar Sumpah Pemuda dikumandangkan.

Beliau putra kelima dari pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah, Wedana Ciawi, Tasikmalaya dan Rd Ratnaningrum, putri Patih Demang Kartamenda di Bandung.

Ketika Umar masih kecil, sepeninggal ibunya ia dan saudara-saudaranya dirawat oleh neneknya, Nyi R Raja Juwita yang ketika itu tinggal di Cicalengka. Selama di Cicalengka, Umar sempat masuk taman kanak-kanak dan kelas satu di HIS.

Setelah neneknya meninggal, ayahnya yang saat itu menjadi wedana membawanya ke Ciawi sekitar 1928-1929. Umar pun melanjutkan sekolah di ELS Tasikmalaya dan MULO Pasundan.

Saat remaja, Umar memiliki paras yang tampan dan bertubuh atletis. Karena wajahnya yang mirip Errol Flyn, Umar mendapat julukan si Errol Flyn MULO Pasundan.

Meski berasal dari keluarga terpandang, Umar tak pernah menunjukkan statusnya dan bergaul dengan siapa pun. Saat menghadapi masa-masa terakhir kelas tiga di MULO, Jepang masuk ke Indonesia. Beruntung, Umar sempat ikut ujian akhir dan memperoleh ijazah darurat sebelum sekolah itu dibubarkan.

Ia juga sempat mendaftar di Mosvia, Bandung. Namun sebelum mengikuti uji masuk, sekolah tersebut ditutup oleh Jepang.

Masa kemerdekaan Sempat bekerja sebagai pegawai perkebunan di Sumedang sejak 1940, Umar kemudian diangkat sebagai Komandan Peleton Tasikmalaya (1942), seperti dikutip dari Harian Kompas, 26 Februari 1983.

Selanjutnya dipercaya menjadi Komandan Peleton Pangandaran (1943) dan Komandan TKR Cicalengka dengan pangkat kapten pada 1945. Pada 1947, ia dipercaya menjadi ajudan Panglima Divisi III/Siliwangi di Tasikmalaya, Direktur Latihan Operasi di Garut, dan Komandan Brigade I/III/V Cirebon.

Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Komandan Brigade IV di Solo dan sebelum menjadi Pangdam V/Jaya, ia juga pernah menjadi Kepala Staf Brigade L Cirebon.

Riwayat perjuangannya antara lain, ikut dalam pelecutan senjata Jepang di Cicalengka (1945), menghadapi kerusuhan "Merah" di daerah Cirebon, Brebes, dan Tegal (1946-1947). Selain itu, ia juga ikut menghancurkan pasukan Sutan Akbar Ciniru/Kuningan (1947), menumpas peristiwa Madiun sebagai Komandan Bataliyon IV, dan menumpas DI Jawa Barat pada 1950-1952.

Nama Umar semakin banyak dikenal setelah ia berhasil menumpas PKI pada 1965. Saat itu, ia menjabat sebagai Panglima Kodam V Jaya. Sebelumnya, Kodam V Jaya berstatus sebagai Komando Kota Besar Jakarta Raya dan ia menjadi komandonya sejak 1959.

Pada 6 Desember 1965, Umar membubarkan PKI beserta ormas dan organisasi pendukungnya. Sejak saat itu, semua kegiatan lanjutan PKI dinyatakan bertentangan dengan hukum dan dikualifikasikan subversif.

Setelah lima tahun menjadi Pangdam V/Jaya, Umar menggantikan Jenderal Soeharto sebagai Panglima Kostrad pada 1965. Sejak saat itu, kariernya terus menanjak. Selain Pangkostrad, ia merangkap jabatan sebagai Panglima Komando Mandala Siaga. Pada 1967, ia diangkat menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat, lalu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 1969 hingga 1973.

Selain menjadi anggota MPR periode 1971-1977, Umar juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Baru delapan bulan menjabat, Umar menyampaikan 300 perintah pelaksanaan operasional yang menyangkut pekerjaannya.

Ia juga kerap memerintahkan bawahannya untuk memeriksa keuangan secara mendadak di daerah-daerah. Sebuah pernyataan kontroversial Umar pernah dimuat di surat kabar pada 1981. Kala itu ia mengatakan bahwa tak ada satu pun departemen yang bersih dari penyelewengan.

Puncaknya, ia diangkat menjadi Wakil Presiden periode 1983-1988 setelah dicalonkan oleh Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi ABRI, dan Fraksi Utusan Daerah. 

Umar menderita jantung sejak 1989, setahun setelah melepas jabatannya sebagai wapres. Menurut keterangan dokter pribadinya, Brigjen Buddy Utomo, Umar saat itu sempat menjalani operasi jantung (bypass) di Hers Und Diabetes Zentrum di Jerman.

Setelah operasi itu, kesehatan Umar cukup baik dan tetap bisa bermain golf hingga 2002. Pada September 2002, Umar mulai mengalami lemah jantung dan kembali melakukan kontrol ke Jerman.

Dari rumah sakit tersebut disampaikan bahwa jantung beliau sudah demikian lemah. Setelah kembali ke Indonesia, mulai dirawat home care. Tapi, kondisinya makin lama makin menurun.

Karena kondisi kesehatan terus menurun, Umar pada 5 Maret 2003 dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto. Pada 21 Maret 2003, Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah tutup usia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Komentar

wave
  • John Doe

    Alphonso

    Jul 25, 2022 12:36

    3 college girl drnk fucking we love together prn site sports swimsut sexy busty cops bing iso toorrent control your piss sex. girl pukes giving bloww job adult only resoprt vaation locations maredi gfas bead breastshort seex storids wkth picture

  • John Doe

    Selene

    Jul 29, 2022 07:51

    3 during picture pregnancy sex hoje made adult clips porn latino hot latain ass anal news oon teen violence. talking sexx toy license poate sale vintagge miami shemalecocks inn ail powhatan virginia femwle escorts. lisa marie xx stfar escort ad

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel