Semakin sore, semakin seru acara bedah buku tersebut yang dipandu oleh moderator Khrisna Refiaji dan dibedah langsung oleh Nisa Nopis yang salah satunya buku tersebut menjadi bahan penelitian untuk skripsinya. Peserta yang hadir dari berbagai komunitas, adapun tanggapan dari salah satu peserta yaitu Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kabupaten Sumedang Anggun Gunara, "dengan adanya diskusi-diskusi seperti ini, apalagi ngomongin buku ya harus diperbanyak." Ujarnya.

Pohon Arunika tersebut dianggap sakral jika sudah ratusan tahun, seperti pohon Arunika yang melegenda di Gunung Sona yang mempunyai daya magis dan gate ke dimensi lain, yakni negeri para siluman yang disebut Kerajaan Aztraliz. Penulis menyudutkan manusia itu sendiri yang berada di dalam novel tersebut, dengan adanya Kerajaan Aztraliz yang tinggal di Gunung Sona. Gunung Sona adalah gunung tertinggi yang berada di Kota Medalion. Akibat keserakahan manusia itu sendiri. Menurut penulisnya menyampaikan, "Mungkin bisa menjadi titik tolak untuk memahami betapa kerusakan alam telah mencapai titik kritis sedemikian sehingga berpotensi pada punahnya habitat dan kehidupan di atas planet ini. Terkesan didramatisasi? Tidak juga! Krisis lingkungan dan dampaknya telah menjadi isu lokal mau pun global. Bila ragam bentuk ancaman kehidupan diteruskan, maka kita pasti mendapatkan sebuah daftar yang sangat panjang. Lebih dari itu, bila kita menyadari dampak dari semua ancaman itu, betapa sangat menyeramkannya!" Ujarnya.
Belum ada komentar.