Museum Prabu Geusan Ulun: Wisata Sejarah Sumedang

Main di Alun-alun Sumedang, main juga nih ke salah satu wisata sejarah di Sumedang. Yaps, Museum Prabu Geusan Ulun. Kalau wargi Sumedang pasti sudah pernah masuk ke museum tersebut dong!

Museum Prabu Geusan Ulun, merupakan salah satu tempat wisata sejarah di Sumedang yang akan mengenalkan berbagai kisah dari Sumedang tempo dulu, yang sangat kental akan adat dan budayanya.

Nah tidak ada salahnya, jika wargi mengajak anak-anak untuk mengunjungi Museum Prabu Geusan Ulun tersebut, sebagai cara untuk mengenalkan sejarah Sumedang kepada mereka. Sehingga akan timbul dalam diri mereka rasa cinta akan daerahnya sendiri.

Lokasinya juga masih berada di pusat Sumedang, dekat dengan Alun-alun Sumedang. Tinggal nyeberang saja jika dari Alun-alun Sumedang ke arah Gedung Negara. Maka akan terlihat langsung bangunan museum.

Museum Prabu Geusan Ulun berada di Jl. Prabu Geusan Ulun, Regol Wetan, Kec. Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Terdapat kurang lebih 6 ruangan yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun tersebut, tentunya berbagai macam koleksi menarik di dalamnya. Museum tersebut didirikan pada tahun 1974 yang menyimpan barang-barang sejarah dari Kerajaan Sumedang Larang.

Tiket masuk ke museum. Foto: Sidik

Harga tiket masuk ke Museum Prabu Geusan Ulun pun cukup terjangkau sekali loh yaitu Rp. 2000 untuk anak-anak, Rp. 5000 untuk dewasa. Harga tiket masuk pun bisa berubah sewaktu-waktu. Untuk waktu kunjungan di era pandemi sekarang dari jam 08.00 – 14.00 WIB. Dari hari Selasa hingga Kamis, Sabtu dan Minggu. Hari Senin dan Jumat libur.

Beberapa bangunan yang ada di area Museum Prabu Geusan Ulun:

1. Bumi Kaler

Bumi Kaler. Foto: Ipul

Alasan pemberian nama tersebut karena bagian depan rumah tersebut menghadap ke sebelah utara. Bumi Kaler merupakan rumah Bupati Sumedang, yakni Pangeran Sugih yang dibangun tahun 1870.

Di dalam rumah tersebut terdapat beberapa koleksi; Patung harimau,
Puade, peninggalan Kangjen Bupati Pangeran Aria Soeriakoesoema Adirata yang digunakan untuk membaringkan putranya yang telah selesai dikhitan.
Kemudian ada beberapa furniture dan penginggalan lainnya dari Pangeran Kornel, beliau ialah kakeknya Pangeran Sugih.

2. Gedung Gamelan

Tampak Gedung Gamelan dari depan. Foto: Ipul

Gedung Gamelan dibangun awal tahun 1973, berisikan berbagai macam alat musim tradisional gamelan yang dilengkapi dengan nama dari masing-masing gamelan. Gamelan yang ada berasal dari zaman dahulu kala hingga gamelan sekarang, dan masih dapat digunakan hingga saat ini.

3. Gedung Kereta

Gedung Kereta dari luar. Foto: Ipul

Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun yang dibangun pada tahun 1990. Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replika dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun.

4. Gedung Gendeng

Meriam yang ada di Gedung Gendeng. Foto: Sidik

Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung Gendeng waktu itu digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka lelehur dan senjata lainnya. Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka.

Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan tahun 1993. Namun karena benda Pusaka-pusaka makin banyak sampai akhirnya Gedung Gendeng tidak memadai lagi untuk menyimpan benda-benda Pusaka tersebut maka dibangunlah Gedung Pusaka khusus untuk menyimpan benda-benda Pusaka. Gedung Gendeng sekarang beralih fungsi menjadi Gedung social budaya. Gedung Gendeng merupakan Museum Yayasan Pangeran Sumedang pertama yaitu pada tahun 1973.

5. Gedung Pusaka

Gedung Pusaka tampak depan. Foto: Ipul

Nah di gedung pusaka, terdapat Mahkota Binokasih dan beberapa pusaka lainnya. Pembangunan Gedung Pusaka dibangun karena Gedung Gendeng waktu itu sebagai tempat menyimpan pusaka sudah tidak memadai, sehingga atas prakarsa Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya.

Pada tanggal 25 Maret 1990 pembangunan Gedung Pusaka mulai dikerjakan dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya. Proses pembangunan Gedung Pusaka memakan waktu cukup lama yaitu selama tujuh (7) tahun, selesai pada tahun 1997, kemudian diresmikan oleh Bupati Sumedang Bapak Drs. H. Moch. Husein Jachjasaputra.

6. Gedung Srimanganti

Gedung Srimanganti tampak dari area dalam museum. Foto: Ipul

Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya kolonial. Nama Srimanganti tersebut mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah “Land Huizen” (Rumah Negara).

Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya. Gedung Srimanganti dipergunakan sebagai tempat tinggal bupati dan keluarganya, di antaranya Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang. Pada tahun 1942 Srimanganti tidak digunakan sebagai rumah tinggal Bupati serta keluarganya oleh Dalem Aria Soemantri dijadikan Kantor Kabupaten, sedangkan Bupati serta keluarganya tinggal di Gedung Bengkok / Gedung Negara sekarang.

Gedung Srimanganti tersebut terdaftar dalam Monumenter Ordonantie 1931 sebagai bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Pada tahun 1982.

Begitu wargi Sumedang, yuk ajak juga yang dari luar Sumedang untuk datang ke Museum Prabu Geusan Ulun tersebut. Wargi bisa kepoin di instagramnya @prabu_geusan_ulun_museum

Jangan lupa jaga sopan santun dan taati peraturan yang ada di museum yah. Eits, jangan lupa juga untuk mengabadikan momennya dan tag akun instagram mimin yah. Jika ada tambahan bisa ditulis di kolom komentar yah.

Komentar

wave
  • John Doe

    Delia

    Apr 20, 2023 11:38

    Yoᥙ could definitely see yoսr enthusiasm within the article you write. The world hopes for more passionate writers such as you who are not ɑfrɑid to mention how they believe. Alwɑys follow your heart.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828