Nilai-nilai Dalam Panahan Kasumedangan

Panahan dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah, sementara menurut KBBI panahan didefinisikan sebagai hasil memanah atau cabang olahraga yang memakai panah sebagai alat lomba atau olah raga memanah. 

Terlepas dari definisi-definisi di atas, panahan atau memanah telah ada sejak 5.000 tahun lalu sebagai alat untuk berburu. Bahkan, busur panah telah ditemukan pada masa paleolitik hingga awal periode mesolitik di lembah Ahrensburg, Hamburg. Peralatan tersebut (panah dan busur), entah dari mana asalnya, kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Nah di Sumedang misalnya, panahan telah ada pada masa Kerajaan Sumedang Larang yang menurut Yanuarlan (2015) bermula sebagai alat berburu kemudian berkembang menjadi senjata perang dan akhirnya beralih fungsi sebagai sebuah olahraga. Salah satu daerah Sumedang yang hingga saat ini masih melestarikannya adalah di Kampung Cimanglid, Desa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong. Cimanglid adalah sebuah kampung penghasil bambu, bahan baku utama pembuat panah dan busur.

Panahan terbagi akan dua jenis, yaitu: panahan modern dan panahan tradisional. Panahan modern ialah panahan yang dipertandingkan dalam olimpiade, sedangkan panahan tradisional merupakan satu olahraga yang bertujuan untuk melestarikan satu kebudayaan. 

Panahan tradisional tentunya di Indonesia memiliki banyak budaya panahan tradisional, utamanya di daerah Kabupaten Sumedang. Di sana terdapat satu kebudayaan mengenai panahan, yang mana di Sumedang dikenal sebagai endong panah.

Panahan Kasumedangan jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, kecermatan, ketertiban, dan sportivitas.

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828