INIMAHSUMEDANG
Seperti yang sudah diterangkan pada tulisan sebelumnya tentang sekilas Bupati Sumedan, bahwa Raden Djamu atau yang kita kenal Pangeran kornel, pada masa itu belum menginjak dewasa, maka gantinya pamannya yaitu Adipati Surialaga, ketika Adipati Surialaga wafat, Raden Djamu masih berusia 11 tahun sedangkan putra Adipati Surialaga Raden Ema 9 tahun.
Dengan tidak ada yang dapat mewarisi Kebupatian Sumedang, maka pihak kompeni mengangkat Adipati Tanubaya atau yang dikenal pula sebagai Dalem Adipati Wiratanubaya (1773 – 1775), Bupati dari Parakan Muncang. Pengangkatan Adipati Tanubaya (1773 – 1775) dari Parakanmuncang menjadi bupati Sumedang dengan syarat jika ia wafat, maka salah satu putra bupati keturunan Sumedang akan mengantikannya.
Dalam ketentuan mutasi tersebut, disebutkan bahwa jika kelak Raden Adipati Tanubaya meninggal, jabatan Bupati Sumedang tidak akan diserahkan kepada puteranya. Jabatan itu harus diserahkan kepada Raden Djamu atau Raden Ema.
Menurut catatan sejarah, sejalan dengan perpindahan Raden Adipati Tanubaya ke Sumedang, kedudukan Bupati Parakanmuncang diserahkan kepada puteranya yang bernama Raden Patrakusuma. Menurut catatan Sejarah Leluhur Sumedang, Raden Patrakusuma ini bukan putera Raden Adipati Tanubaya, melainkan adalah menantunya.
Dalam masa pemerintahannya, Bupati Raden Adipati Tanubaya telah melaksanakan pemerintahan dengan baik. Namun karena sudah berusia lanjut dia hanya memerintah Sumedang selama dua tahun saja (1773-1775). Adipati Tanubaya meninggal dunia pada 20 Mei 1775 dan dimakamkan di Cibodas, Parakanmuncang.
Kepada Kompeni yang minta diangkat menjadi Bupati Sumedang ada dua orang yaitu Tumenggung Patrakusumah Bupati Parakanmuncang dan Patih Sumedang Raden Anggakara. Permintaan Tumenggung Patrakusumah oleh kompeni disetujui dan didukung 4 umbul bawahan Sumedang juga menjadi tanda bahwa Sumedang minta dibupatian oleh Dalem Tumenggung Patrakusumah.
Halaman Selanjutnya
Belum ada komentar.