Penataan Empang Gedung Negara sendiri merupakan salah satu program dari bupati H. Dony Ahmad Munir yang tertuang dalam program Sumedang Simpati. Penataan ini dilakukan dengan membuat penanda Gedung Negara di sisi utara Empang yang dilengkapi dengan mural. Lokasi ini bisa digunakan sebagai tempat selfie. Di Empang juga terdapat sepeda gowes yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk mengelilingi Empang. Penasaran dong tentunya, kenapa bisa ada empang di belakang Gedung Negara? Berdasarkan kisahnya, Empang ini tidak lepas dari pembangunan Gedung Negara atau Gedung Bengkok. Ketika pembangunan Gedung Negara tersebut, diperlukan bahan yang cukup banyak terutama tanah yang digunakan mengurug kawasan yang akan dibangun Gedung Negara tersebut. Embah Mintaraga ditugaskan untuk mengurug lahan ini dan menggunakan tanah yang bersumber dari gunung kecil di belakang Masjid Agung Sumedang. Namun sampai gunung kecil tersebut rata, bahan urugan masih kurang. Untuk menutupi kekurangannya, digalilah lahan yang berlokasi di sebelah selatan Gedung Negara sampai membentuk cekungan. Akhirnya, cekungan bekas galian ini terisi air dan membentuk danau kecil yang kemudian dikenal dengan nama Empang. Ukuran empangnya sendiri sebesar lapangan sepak bola, dan jika menggunakan Google Maps ukurannya sekitar 100 meter x 60 meter. Empang ini berbentuk persegi panjang dengan memanjang arah utara selatan. Di sisi utara yang terhubung dengan halaman belakang Gedung Negara ada bangunan yang dinamai Bale Kambang dengan jarak sekitar 20 meter ke arah tengah Empang. Bale Kambang sendiri merupakan bangunan berbentuk persegi delapan yang dihubungkan menggunakan jembatan penghubung dengan sisi utara Empang. Jembatan penghubungnya memiliki lebar sekitar dua meter dengan pembatas pinggir kiri dan kanan terbuat dari balok kayu. Jembatan penghubung ini dilengkapi dengan penutup atas (atap) dan tiang penyangganya. Bale Kambang sendiri pada awalnya memiliki fungsi sebagai tempat beristirahat bagi keluarga pejabat Bupati Sumedang dan tamu-tamu agung sambil memancing ikan dengan dihibur Gamelan Buhun atau Degung. Di masa pemerintahan Pangeran Aria Soeria Atmadja yang menjabat dari tahun 1882 sampai dengan tahun 1919, ikan yang ada di Empang ini diganti dengan ikan Kancra, sehingga merupakan peternakan ikan kancra yang beratnya bisa mencapai 10 atau 15 kilogram. Ikan Kancra tersebut dipanen setiap bulan Mulud, yang dibagikan kepada fakir miskin dan sebagainya.
Jadi begitu wargi Sumedang, jika ada tambahan, bisa tulis di kolom komentar yah. Jangan lupa juga jika wargi datang ke sana, abadikan momennya yah dan tag akun instagram mimin. Eits, jangan lupa juga jaga kebersihannya yah :)
Holly
Jul 14, 2022 10:14I think the aԀmin of this web site is in fact workіng hard in favor of his site, for the reason that here every stuff iѕ ԛuality based stᥙff.