Prabu Guru Haji mempunyai seorang putera bernama Batara Tuntang Buana yang kemudian mendirikan Kerajaan Sumedang Larang. Ketika memimpin kerajaannya yang baru ini, Batara mengganti namanya menjadi Prabu Tajimalela. Pusat Kerajaan Sumedang Larang ditetapkan berpusat di Leuwihideung, Darmaraja. Prabu Tajimalela mempunyai dua anak laki-laki kembar bernama Lembu Agung dan Gajah Agung. Awalnya Lembu Agung yang diminta ayahnya menjadi raja, tapi dia menolak dan digantikan oleh adiknya Gajah Agung menjadi raja. Sebagai Raja Tembong Agung, Gajah Agung memindahkan ibukota Tembong Agung ke tempat yang baru di Ciguling, desa Pasanggrahan, di Sumedang Selatan sekarang. Gajah Agung digantikan oleh anaknya bernawa Wirajaya untuk menjadi raja berikutnya di Tembong Agung. Setelah menjadi raja, Wirajaya bergelar Sunan Pagulingan dan berkedudukan di ibukota yang lain lagi yaitu di Cipameungpeuk. Sepanjang tiga raja pertama yang memimpin Kerajaan Sumedang Larang, kedudukan ibukotanya masih berpindah pindah. Menurut catatan sejarah, perpindahan menunjukkan tanda bahwa kerajaan belum mempunyai keraton yang permanen sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja serta keturunannya. Biasanya hal ini berlangsung selama beberapa keturunan berikutnya. Setelah itu pemerintahan dipimpin oleh Ratu Rajamantri, puteri Sunan Pagulingan.
Pada masa itu Kerajaan Sumedang Larang (waktu itu masih disebut Kerajaan Tembong Agung), statusnya negara bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Ini terjadi karena Ratu Rajamantri kemudian diambil sebagai isteri oleh puteranya Prabu Surawisesa dari Kerajaan Pajajaran (yang dikenal sebagai Prabu Siliwangi). Karena menjadi isteri Raja Prabu Siliwangi, kedudukan Ratu Rajamantri digantikan oleh saudaranya yang bernama Sunan Guling. Sepanjang perjalanan sejarah, raja-raja Tembong Agung berikutnya adalah: Sunan Patuakan, Nyimas Ratu Patuakan, Nyimas Ratu Dewi Inten Dewata. Dalam perkembangan kemudian, Nyimas Ratu Dewi Inten Dewata lebih dikenal dengan nama Ratu Pucuk Umun, setelah dia berkuasa sebagai ratu. Pada masa pemerintahan Ratu Pucuk Umun, ibukota Tembong Agung pindah lagi ke Kutamaya yang lokasinya di Kota Sumedang sekarang. Pada masa ini pula nama Kerajaan Tembong Agung mulai dirubah menjadi Kerajaan Sumedang Larang, tak berapa lama sebelum masuknya Islam. Sumber: Buku Sumedang Heritage
Belum ada komentar.