Sekilas Tentang Mahkota Binokasih Sanghyang Pake

Persimpangan perempatan jalan utama yang dulu dikenal dengan bunderan POLRES merupakan tempat dimana ikon Mahkota Binokasih Kabupaten Sumedang dijadikan suatu monumen yaitu tugu dengan replika Mahkota Binokasih berukuran sangat besar. 

Tugu Binokasih dengan replika mahkota berhiaskan batu giok tersebut memiliki berat 400kg. Pembangunan tugu Mahkota Binokasih dimulai dengan menata jalan di sekitar bunderan POLRES pada akhir tahun 2015 dan rampung pada Mei 2016.

Wargi Sumedang tahu dong, Mahkota Binokasih yang ada di Museum Prabu Geusan Ulun? Yaps, itu mahkota yang asli. Baik, kali ini mimin akan membahas mengenai Mahkota Binokasih tersebut, karena banyak sekali cerita tentang mahkota tersebut.

Tugu Mahkota Binokasih. Drone: Farhan

Nah untuk namanya, mahkota tersebut memiliki nama lengkap yakni Binokasih Sanghyang Paké. Mahkota tersebut merupakan warisan pusaka leluhur Kerajaan Sumedang Larang yang digunakan pada tahun 1578 untuk pelantikan Prabu Geusan Ulun menjadi Prabu atau Raja Sumedang Larang. Itu menurut buku Titilar Karuhun Perubahan Budaya di Sumedang Abad XVI-XVII.

Kerajaan Pajajaran pada saat itu terdesak hingga hampir jatuh. Kerajaan Pajajaran atas perintah Prabu Siliwangi akhirnya menunjuk empat orang, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Kandaga Lante, yaitu orang kepercayaan untuk memindahkah pusaka Mahkota Binokasih ke Sumedang. Hal tersebut diharapankan agar Sumedang Larang dapat menjadi penerus kejayaan Kerajaan Pajajaran.

Kerajaan Sumedang Larang dipilih karena kerajaan tersebut masih bawahan dari Pajajaran, dengan kata lain Sumedang larang menjadi keturunan atau pewaris daripada Kerajaan Pajajaran. Dipilihnya Sumedang Larang untuk meneruskan kekuasaan lain bukan karena Kerajaan tersebut sudah menganut agama Islam sehingga tidak mengalami penyerangan dari pasukan gabungan Islam.

Pemimpin Sumedang pada saat itu adalah Pangeran Angkawijaya, seorang pemuda yang cerdas dan berwibawa, lebih terkenal dengan nama Prabu Geusan Ulun. Mahkota dan Siger itu dibawa dari Pakuan Pajajaran, oleh empat panglima (Kandaga Lante) ke Keraton Sumedang Larang. Keempat kandaga itu kemudian menetap di Kerajaan Sumedang Larang dan mengabdi pada kerajaan. Penyerahan mahkota ini pada hakekatnya berarti Sumedang Larang menjadi penerus Pajajaran.

Sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabhumi I/2 (h. 69) yang berbunyi; “Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala”

(Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang). 

Arti dari nama Binokasih adalah membina kehidupan rumah tangga agar lebih baik sedangkan istilah Sanghyang Pake bermakna bahwa mahkota ini merupakan tutup kepala yang dipakai oleh seseorang yang dimuliakan (sanghyang).

Melihat Gagahnya Mahkota Binokasih di Museum Prabu Geusan Ulun. Foto: Ipul

Mahkota tersebut terbuat dari emas 18 karat memiliki bagian lapisan beludru di dalamnya. Bentuknya sendiri mengikuti Mahkota Batara Indra pada pewayangan. Penutup kepala sebatas dahi berbentuk silinder merupakan bagian utama mahkota. Ujung atas atau disebut kuluk dihiasi dengan kuncup bunga teratai. Bagian atas, permukaannya bermotif tumpal dan suluran daun, dan bagian bawah merupakan kain berhiaskan terawangan motif suluran daun dan bunga. Bagian turidha (jamang sada seler) atau bagian depan berbentuk kelopak bunga dihiasi giok berwarna hijau mengkilap. Pada bagian atas turidha terlihat 2 buah jamang yaitu mahkota berbentuk bunga. Bagian kanan kiri mahkota disebut kuluk atau pelipis, dihiasi ron atau hiasan bersusun tiga (timpal).

Hiasan-hiasan tersebut berbentuk bermacam-macam, antara lain ikan dan biji mentimun. Bagian belakang ron terdapat sumping atau hiasan bersusun tiga membentuk sayap. Pada bagian belakang kuluk dihias bentuk daun dan garuda mungkur atau disebut jungkat penatas.

Mahkota tersebut tersimpan di Gedung Pusaka, Museum Geusan Ulun Sumedang. Mahkota, siger dan perlengkapan pada saat penyerahan lainnya disimpan dalam lemari kaca berbentuk segi delapan.

Kini Mahkota Binokasih digunakan pada upacara simbolis dengan menyerahkan Mahkota Binokasih kepada Bupati terpilih pada upacara pelantikan Bupati Sumedang. Selain itu, replika Mahkota Binokasih juga digunakan sebagai kostum mempelai pria pada upacara pernikahan adat khas Sumedang.

Begitu wargi Sumedang, jika ada tambahan literatur, boleh kasih masukan untuk mimin di kolom komentar yah. 
 

Komentar

wave
  • John Doe

    Felicia

    Apr 19, 2022 11:44

    Hеya i'm for the first time here. I came across this board and I fіnd It truly useful & it helped mе out a lot. I hօpe to give something back and aid others lіke you aided me.

  • John Doe

    Endang

    Mar 13, 2023 08:01

    Mahkota Binokasih ini adalah replika dari Mahkota Binokasih Ghaib yang di dapat dari para Sanghyang yang bertempat di pulau Jawa.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828