Sekilas Tentang Tumenggung Patrakusumah, Bupati Penyelang Sumedang

Pengangkatan Tumenggung Patrakusumah sebagai Bupati Sumedang menggantikan Adipati Tanubaya mendapat dukungan dari 4 umbul terutama di Sumedang dan setelah mendapat dukungan Patrakusumah berhenti menjadi Bupati Parakanmuncang. Setelah menjadi Bupati Sumedang, Tumenggung Patrakusumah bergelar Adipati Tanubaya II (1755 – 1789).

Mengenai hak para Bupati keturunan Sumedang tidak ada masalah karena waktu Raden Djamu menginjak dewasa dinikahkan dengan puteri Tumenggung Patrakusumah yang bernama Nyi Raden Radja Mira dan dikaruniai seorang puteri bernama Nyi Raden Kasomi. 

Pada masa pemerintahannya Tumenggung Patrakusumah termakan hasutan seorang Demang di Sumedang (Demang Dongkol) yang berambisi untuk mempunyai anaknya yang menjadi Bupati, tetapi maksudnya terhalang oleh Raden Djamu yang menikah dengan puteri Tumenggung Patrakusumah. 

Sehingga ia menghasut Tumenggung Patrakusumah agar Raden Djamu dibunuh. Raden Djamu yang mendengar niat buruk mertuanya segera meninggalkan Sumedang, meninggalkan anak istrinya (baca bab Pangeran Kornel). 

Dalam buku Rucatan Budaya Bumi Sumedang (1994) dijelaskan tentang Zaman Bupati Patrakusuma, Sabada mantuna ngaleos ti Kadaleman, ngagelaran ku anjeuna jadi Adipati Tanubaya II, sakumaha di ebrehkeun dina akta Blombert no. 20275: Patra Coesoema, tans zig noemende Tanoe Baija, biew aamgestelde Depattij van Sumedang. 

Berhubung dalam masa pemerintahnya melakukan pelanggaran dan niat jahatnya akan membunuh Raden Djamu maka pada tanggal 31 Desember 1789 ia diberhentikan oleh kompeni dari kedudukan Bupati Sumedang kemudian diasingkan ke Batavia di Patuakan maka dikenal juga sebagai Dalem Patuakan. Pada tahun 1970 makamnya dipindahkan ke Gunung Puyuh Sumedang.

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828