Nah, Sumedang menjadi satu dari sedikit tempat pelesiran di Priangan yang mempromosikan sepak terjang makhluk gaib kepada wisatawan. Sudah mimin jelaskan di atas, makhluk gaib itu adalah Gunderewo penunggu salah satu pohon besar. Sumedang adalah tempat yang sangat menyenangkan pada waktu itu. Selain dapat menyaksikan pemandangan alam dan kolam-kolam ikan yang luas, di sana juga turis bisa melakukan kegiatan berburu burung liar di sekitar Rancaekek. Kegiatan berburu binatang liar menjadi olah raga yang cukup diminati, terutama bagi turis yang senang dengan nuansa petualangan. Sejak akhir abad ke-19, di sekitar Rancaekek ada perlombaan menembak burung yang digelar rutin setiap tahun. Pesertanya datang dari berbagai kalangan, kususnya orang-orang Eropa, termasuk juga para turis. Bagi turis yang tak membawa senapan, disediakan tempat penyewaan senapan khusus yang bisa digunakan saat perlombaan.
Selesainya berburu, turis yang memiliki waktu luang akan dibawa jalan-jalan menyurusi Jalan Raya Pos Daendels sampai ke Cadas Pangeran. Di sepanjang perjalanan mereka disuguhkan oleh pemandangan berupa hamparan pesawahan yang berundak-undak, kolam-kolam ikan penduduk setempat, serta deretan perbukitan dan panorama pegunungan Priangan dari kejauhan. Menurut Marius Buys dalam buku panduan wisatanya; Batavia, Buitenzorg, en De Preanger, Gids voor bezoekers en toeristen (1891). Kisah tentang Gunderewo ini cukup melegenda di tengah masyarakat pedesaan yang tinggal sekitar Cadas Pangeran pada 1830-an. Cerita tersebut, bermula dari kehebohan yang terjadi di sebuah pedesaan dekat lereng perbukitan Cadas Pangeran. Tiba-tiba saja warga di sana hidup dalam gangguan sesosok Genderuwo yang bersemayam di salah satu pohon besar. Lebih menyeramkan lagi, sosok itu secara tidak terduga jatuh cinta kepada seorang gadis desa setempat. Namun sayang, cintanya ditolak oleh si gadis dan malah memilih bersembunyi. Genderuwo pun patah hati dan tidak bisa menerima pahitnya kenyataan. Akibatnya, genderuwo tersebut melampiaskan kemarahannya kepada warga desa. Genderuwo itu meneror mereka dengan cara melempari batu kerikil kepada orang-orang yang melewati tempat persemayamannya. Kadang dia juga meludahi mereka. Terornya tidak akan dihentikan sebelum warga desa menyerahkan gadis pujaan hatinya itu ke pangkuannya. Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut, saduran kisah Genderuwo yang dimuat dalam buku panduan pariwisata akhir abad ke-19 yang disusun oleh Marius Buys menandakan bahwa kisah tersebut setikdanya pernah menjadi bagian strategi untuk mempromosikan Cadas Pangeran kepada wisatwan saat itu.
Shantell
Jul 19, 2023 08:00Excellent beat ! I wish to apprentice while you amend your web site, how could i subscribe for a blog web site? The account aided me a acceptable deal. I had been a little bit acquainted of this your broadcast provided bright clear idea