Tumenggung Aria Soeria Koesoemah Adinata (3): Beberapa Organisasi Dibentuk Masa Penjajahan Jepang

Di setiap desa di Sumedang dan daerah Priangan lainnya, dibentuk Azajokai. Pada tingkat desa dibentuk pula Rukun Somah yang terdiri dari 5-20 somah (keluarga). Sedangkan himpunan ketua-ketua Rukun Somah dibentuk menjadi Rukun Desa.

Pengerahan warga itu mengandung tujuan politik untuk memperkuat pertahanan militer mereka di garis belakang. Di sisi lain, Jepang berupaya mengurangi pengaruh Barat/Belanda /Amerika dari kehidupan bangsa Indonesia. Di Sumedang, pengaruh Jepang sangat dirasakan. Militer Jepang melarang rakyat Sumedang menggunakan bahasa asing, terutama Belanda, atau membaca buku-buku berbahasa Inggris.

Untuk menjadi pegawai pemerintah, waktu itu, calon pegawai harus dites berbahasa Jepang. Bahasa Jepang dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, serta menghormati kebiasaan mereka. Guna memenuhi kebutuhan pasukan Jepang, setiap daerah di Priangan diwajibkan menyerahkan padi.

Hasil padi harus diserahkan kepada Beikoku Seimeigyo Kumisi (semacam koperasi penggilingan padi) milik Jepang. Dari kabupaten Sumedang ditargetkan harus menyerahkan 203.000 kuintal, Garut 139.500 kuintal, Tasikmalaya 168.200 kuintal, Ciamis 150.400 kuintal, dan Bandung 338.500 kuintal.

Akibat pemaksaan ini, beberapa daerah di Priangan mulai kekurangan beras. Setiap keluarga hanya dibolehkan memiliki beras 150 kilogram selama setahun. Tidak boleh lebih, kalau ada keluarga yang menyimpan lebih, harus diserahkan kepada pihak militer.

 

Sumber: Buku Sumedang Heritage

Halaman Sebelumnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828