Sekilas Tentang Dayeuhluhur Pernah Menjadi Pusat Kerajaan Sumedang

Author inimahsumedang • Kilas Balik • February 27, 2022

Wargi Sumedang, mungkin sudah tidak asing dengan nama Dayeuhluhur, yang berada di wilayah Desa Dayeuhluhur, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang. Tentunya tahu dong!

Dayeuhluhur itu sendiri, memang begitu populer di masyarakat Sumedang dan beberapa kota lainnya, karena di sana terdapat banyak situs bersejarah yang kini telah menjadi salah satu ikon wisata ziarah di Kabupaten Sumedang. 

Pasti tahu dong, di sana terdapat Makam Prabu Geusan Ulun, yang merupakan Raja Sumedang Larang, beserta Makam Prameswari Kerajaan Sumedang Larang kala itu, yakni Nyimas Harisbaya.

Kawasan Makam Prabu Geusan Ulun. Foto Oleh Abang

Makam Prabu Geusan Ulun sendiri terletak di bagian utara desa di sisi barat jalan desa Dayeuh Luhur. Makam tersebut berada di tengah komplek makam yang secara umum dibagi menjadi 3 bagian. Makam dikelilingi oleh jalan desa di sebelah timur, lapang parkir di sebelah selatan, hutan di sebelah utara dan barat. Gerbang makam terletak di bagian selatan.

Pada bagian pertama yang terletak di dekat pintu gerbang makam atau bagian terbawah berisi makam para juru kunci. Bagian kedua yang terletak di bagian yang lebih tinggi dari bagian pertama dan di sisi barat ruas jalan menuju makam Prabu Geusan Ulun terdapat makam istri Prabu Geusan Ulun, yaitu Ratu Harisbaya. Bagian ketiga yang merupakan bagian paling belakang dan paling utara serta tertinggi di komplek makam tersebut terdapat makam Prabu Geusan Ulun.

Nah jika dilihat dari tata letak, Desa Dayeuhluhur tersebut sepintas memang terlihat seperti layaknya sebuah kawasan perkampungan biasa yang berada di daerah perbukitan Kawasan Gunung Rengganis.

Dayeuhluhur tersebut, dulunya pernah menjadi pusat peradaban di masa Kerajaan Sumedang Larang. Kala itu, Prabu Geusan Ulun bersama Istrinya Ratu Harisbaya dan para punggawa kerajaan lainnya, sekitar tahun 1578-1601 diceritakan sempat memindahkan Pusat Kerajaan dari yang semula di Jalan Kutamaya ke Gunung Rengganis, nama sebelum Dayeuhluhur. 

Pemindahan pusat pemerintahan itu sendiri, sengaja dilakukan dalam upaya mengantisipasi serangan dari Kerajaan Cirebon, yang saat itu diketahui sempat bertikai dengan Kerajaan Sumedang Larang pada masa Babad Cirebon.

Alasan kenapa Dayeuhluhur dipilih sebagai pusat kerajaan, karena daerah ini lokasinya berbukit dan berada di dataran tinggi. Jadi pemindahan pusat pemerintahan ini, merupakan bagian dari strategi agar lebih mudah untuk mengintai pergerakan musuh dari jauh.

Dengan posisi pusat pemerintahan di atas bukit seperti itu, secara otomatis Kerajaan Sumedang Larang akan sulit dijangkau musuh. Karena sebelum pasukan musuh bisa sampai ke Dayeuhluhur, pasukan Kerajaan Sumedang Larang pasti sudah bisa lebih dahulu mengetahui setiap pergerakan musuhnya.

Selain makam Prabu Geusa Ulun, di sana juga terdapat napak tilas dari “Kandaga Lente” atau dalam Bahasa Indonesia bisa disebut Patih Kerajaan Sumedang Larang sendiri, yaitu Eyang Jaya Perkasa. Napak tilasnya berupa sebuah batu di puncak bukit. Eyang Jaya Perkasa menjabat sebagai patih pada masa Prabu Geusan Ulun dan kemudian mengundurkan diri setelah perang dengan Kerajaan Cirebon. Konon katanya, Mbah Jaya Perkasa wafat tanpa meninggalkan jasad, dalam Bahasa Sunda ” Ngahyang”. 

Ada juga larangan ketika hendak mengunjungi napak tilasnya, salah satunya yaitu tidak boleh memakai kain batik. Sudah ada petanda tulisannya di sana. Dan, untuk napak tilas ke sana harus menaiki beberapa anak tangga.

Banyak kawasan lainnya juga di Dayeuhluhur selain rumah penduduk. Wargi Sumedang bisa datang dan tetap menjaga keasriannya, bertamu dengan sopan juga yah.

Foto Thumbnail: Abang Pendaki