Sekilas Tentang Persawahan Pertama di Sumedang

Author inimahsumedang • Kilas Balik • July 22, 2022

Wargi Sumedang tentunya pernah main ke sawah dong, banyak sekali cerita di sawah, selain dari para petani yang sedang bekerja, ada anak-anak berlarian dipematang sawah, sekadar bermain layangan misalnya.

Ketika pergi ke sawah, angin sejuk selalu menyambut kita, apa lagi ketika pagi atau sore hari. Semoga tanah kita tetap subur, biar makmur. Ngomongin tentang sawah, ada yang menarik nih wargi Sumedang. Yap, selain dari kearifan lokal masyarakat sundanya, ada perkembangannya nih.

Menurut Naskah Carita Parahyangan dan Wawacan Sulanjana yang menceritakan sejarah tanah Sunda menunjukkan masyarakat Sunda sebagai peladang atau “ngahuma” dan cenderung hidup nomaden. 

Mata pencarian utama masyarakat Sunda kuno adalah berladang. Hal tersebut dikemukakan Wertheim dalam bukunya, “Indonesian Society in Transition” yang membagi masyarakat Indonesia dalam tiga pola mata pencarian utama; masyarakat pantai, masyarakat sawah, dan masyarakat ladang, makin tahu Indonesia saja yah.

Ciri khas masyarakat “ngahuma” adalah tidak memiliki tingkatan bahasa dan budaya tulis, serta cenderung ke arah kebudayaan lisan. Ciri khas tersenut hingga kini masih ditemui di masyarakat Baduy, Banten. 

Pertanian sawah baru dikenal di Tatar Sunda sekitar abad ke-17 bersamaan dengan masuknya pengaruh Mataram. Di Karawang, misalnya, sistem sawah dengan irigasi mulai dikembangkan sejak wilayah itu direbut Mataram dari Sumedanglarang tahun 1632. 

Sementara itu di wilayah Priangan, sawah mulai dikenal abad ke-18, yaitu diperkenalkan orang-orang Mataram yang didatangkan VOC. Mereka membuka daerah baru yang menghasilkan pangan. 

Pertama, dokumen sejarah berupa catatan para pegawai Kompeni dalam degregister sebagaimana yang dikumpulkan oleh de Haan dalam bukunya Priangan. Jelas sekali bahwa sistem pertanian sawah di Jawa Barat dirintis dan dimulai oleh van Imhoff, Tujuannya tiada meninggaltakn hasil padi.

Di wilayah Bogor, persawahan yang pertama kali dibuka di daerah Cisarua, untuk itu pun van Imhoff harus mendatangkan petani sawah dari Tegal dan Banyuwamas, karena penduduk setempat belum punya pengetahuan cuku untuk menggarap sawah. Wilayah Sumedang yang pertama dijadikan areal persawahan adalah di Conggeang, yang petaninya berasal dari Limbangan.

Sawah pertama baru dibuka, perluasan sawah di Priangan mulai dilakukan tahun 1750 di kawasan Sumedang dan Tasikmalaya. Setengah abad kemudian, sawah mulai dibuka di Bandung dan Bogor.