Kampung Cigumentong, Kampung Terpencil di Sumedang dan Beberapa Tradisinya

Author inimahsumedang • Budaya • August 16, 2022

Seperti ditulis dalam buku Bijblad Op Het Staatsblad Van Nederlandsch Indie tahun 1940. Dalam buku itu dibahas soal batas wilayah antara Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Tiga kampung tercantum di sana diantaranya Kampung Cigumentong, Cimulu dan Pangeureunan.

Wargi Sumedang ada yang pernah ke Kampung Cigumentong? Kampung Cigumentong merupakan salah satu perkampungan terpencil di Kabupaten Sumedang. Perkampungan ini berada di tengah-tengah hutan konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi.

Secara administratif, kampung Cigumentong yang berada di dekat perbatasan antara Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut ini, masuk di Wilayah Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Kampung Cigumentong sendiri saat ini dihuni oleh 16 KK atau 65 jiwa dengan jumlah bangunan rumah ada 20 unit. Kampung Cigumentong memiliki luas lahan sekitar 33 hektar. Dari luas itu, 6 hektar untuk pemukiman sementara sisanya untuk perkebunan.

Kampung Cigumentong sudah berdiri sejak lama. Bahkan dokumen dan surat kabar masa kolonial Belanda mencatatkan akan keberadaan Kampung Cigumentong.

Jai Suryana mengatakan, kampung Cigumentong dahulunya merupakan salah satu posko bagi kerajaan Sumedang Larang. Namun, seiring waktu pada akhirnya menjadi sebuah pemukiman.

Lalu ia melanjutkan, kawasan tersebut mulai ramai dihuni warga pada sekitar tahun 1884 hingga 1919 atau saat kolonial Belanda memasuki Cigumentong.  Saat dimana Pemerintah Hindia Belanda mulai mendirikan perkebunan-perkebunan di Cigumentong.

Menurutnya, karena sebagai salah satu kampung karuhun di Kabupaten Sumedang maka Kampung Cigumentong pun memiliki sejumlah tradisi di dalamnya. Jai Suryana menyebut, kampung Cigumentong memiliki tradisi  berupa hajat buruan. Yaitu, syukuran kampung.

Hajat buruan itu syukuran kampung, syukuran ini supaya Cigumentong itu mendapatkan rahmat dan keselamatan, jauh dari penyakit dan segala macam hal buruk. Kemudian ada juga tradisi yang namanya rebo wekasan. Yaitu syukuran di setiap hari rabu terakhir pada bulan safar.

Ada lagi tradisi ngagogo yang diselenggarakan setiap tanggal 18-19 Agustus. Yaitu warga secara berbarengan menangkap ikan di sungai dengan tangan kosong. Jadi warga dari mulai anak – anak dan remaja yang ikut kegiatan itu turun sama ke sungai lalu mengepung ikan dengan tangan kosong.


Selain tradisi-tradisi diatas, kampung Cigumentong yang mayoritas beragama Islam ini juga  melaksanakan kegiatan keagamaan, baik itu yang wajib ataupun peringatan hari-hari besar. Seperti salah satunya peringatan isra miraj.