Istilah-istilah Dalam Pertanian di Sunda (1)

Author inimahsumedang • Budaya • September 5, 2022

“Hayang nyaho dipatitis bumi mah: ngamihkeun bumi, masinikeun nu urang sajagat, parin pasini, ngadéngdéng ngararaspadé, ngukur nyaruakeun, nyipat midana, lamun luhur dipidatar, ancol dipapak; sing sawatek ampih-ampih ma, Mangkubumi tanya.”

Terjemahan:
“Bila ingin tahu cara mengukur tanah: mengatur tempat, membagi-bagikan kepada kita seluruh rakyat, memberi tanda batas, meratakan kebersihan lahan, mengukur menyamakan, meluruskan dan mengatur (menurut hukum), bila tinggi diratakan, bila rendah diratakan; segala macam pengaturan tempat, tanyalah 
Mangkubumi.”

Kegiatan pertanian di Tatar Sunda sendiri sudah lama dilakukan. Sebagaimana dicatat dalam naskah Siksa Kanda Ng Karesian, naskah kuno dari tahun 1518 M. Dari kutipan di atas tampak jelas bahwa tata cara bertani atau berladang telah diatur sebelum tahun 1518. 

Sampai sekarang pun tata cara tersebut masih dilakukan oleh para petani tradisional Sunda. Namun demikian, jumlahnya terus berkurang karena banyak yang beralih pekerjaan ke sektor industri. Oleh karena itu, sistem pertanian tradisional Sunda menarik dan penting untuk diteliti.

Pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang diunggulkan di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yaitu negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar lahan di Indonesia dipenuhi dengan tanaman pertanian. 

Namun identitas tersebut kini mulai luntur, lahan pertanian terutama sawah kian hari kian menyusut. Penyebabnya tidak lain adalah desakan industri dan pemukiman penduduk sehingga tidak sedikit masyarakat agraris berduyun-duyun meninggalkan lapangan kerja tradisional (bertani) dan beralih ke lapangan kerja industri. 

Hal ini dapat berdampak pada pola perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam konteks ini, perubahan perilaku juga mengikis pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam tata cara bertani tradisional.

Sistem bertani tradisional merupakan bagian dari budaya sebagai hasil pemikiran dan kreatifitas masyarakat yang di dalamnya terkandung nilai-nilai positif dan kearifan lokal. Di antaranya, sistem pertanian tradisional tidak hanya mengutamakan segi-segi ekonomi atau produksi, tetapi juga berkaitan dengan kosmologi dan penghormatan kepada paré (padi) sebagai makanan pokok sekaligus simbol Dewi Sri. 

Selain itu, aspek ekologis juga mendapat perhatian yang baik, bertolak belakang dengan pertanian  modern yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia sehingga merusak lingkungan.

Beberapa istilah kosakata di pesawahan:

Ngahuma : kegiatan menanam padi di areal perkebunan ( di tanah kering )

Tanur : kegiatan menanam padi di sawah

Ngarambet : kegiatan menyiangi area pesawahan dari rumput-rumput yang mengganggu tanaman padi

Lalandak \ Ngagarok : Alat bantu untuk menyiangi tanaman padi dari rumput-rumput pengganggu dimana bagian bawah dari alat ini berbentuk duri-duri, hampir sama dengan ngarambet.

Ngabedug : Istilah untuk yang bekerja di sawah atau kebun karena waktunya setengah hari (sabedug)

Sabedug: merupakan istilah kerja setengah hari dari jam 6-12 siang

Liliuran: Saling bantu membantu antara A dan B atau B dan C. contoh: sawahnya si A hari ini akan diadakan kegiatan Ngarambet maka si B akan membantu si A, besoknya apabila si B akan melakukan kegiatan Ngarambet maka si A akan membantu si B”.

Gacong : Gacong merupakan sebutan untuk kegiatan memanen padi yang dilakukan oleh satu atau lebih orang, dengan mendapatkan imbalan dari si pemilik sawah berupa padi sesuai dengan berapa banyak padi yang berhasil didapat, atau sesuai pada kebiasaan di daerah tersebut dan biasanya antara 1:10 atau dimana setiap 10 Kg yang didapat akan menerima upah sebanyak 1 Kg gabah.

Panen : mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Pekerjaan panen biasanya dilakukan oleh para wanita secara gotong royong, sedangkan lelaki bertugas mengangkut hasil panen ke rumah masing-masing

Nengah : yaitu mengurus sawah atau lahan orang lain, dan apabila sudah panen hasil nya di bagi dua dengan yang pemilik sawah atau lahan tersebut.

Ngoyos : atau menyiangi lahan dari rumput-rumputan yang tumbuh di sekitar tanaman dengan menggunakan kored, atau cangkul.

Jika ada kekurangan sila tulis di kolom komentar yah, nanti mimin lanjut lagi.