Makna Silih Asih Silih Asah dan Silih Asuh dalam Kehidupan Bermasyarakat

Author inimahsumedang • Budaya • September 6, 2022

Dalam masyarakat Sunda terdapat kearifan budaya membangun kehidupan manusia dengan meletakkan pentingnya keharmonisan hubungan antar manusia dalam kehidupan masyarakat yang hidup saling ketergantungan dengan tidak melupakan jatidiri dan habitatnya untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan, terdapat dalam konsep silih asih, silih asah, dan silih asuh. Konsep tersebut, dikembangkan dalam kebudayaan Sunda masa lalu pada masa kepemimpinan Prabu Siliwangi sebagai realisasi ‘keluhuran hati budi nurani’.

Makna konsep tersebut dalam perspektif hermeneutik, memiliki keterkaitan dengan makna yang terkandung dalam kata pembentuknya, berupa kata silih dan kata asih, asah, asuh yang menjadi esensi kandungan nilainya. Kata silih berarti saling, mengandung makna nilai transformasi yang bersifat resiprokal dan saling memberikan respon dengan penuh kesantunan. 

Kata asih berarti cinta, mengandung makna nilai ontologis bahwa keberadaan ‘asih’ berasal dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga nilai asih menjadi landasan kehidupan dalam membangun keharmonisan hidup manusia. 

Kata asah berarti menajamkan, mengandung makna nilai epistemologi bahwa kemampuan me-ngasah akal, rasa, dan karsa dalam diri manusia akan menghasilkan pengetahuan dan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya.

Kata asuh berarti membimbing, mengandung makna nilai aksiologi bahwa dalam membangun hubungan silaturrahmi didasari atas saling menghargai kewajiban dan hak asasi manusia berlandaskan pada nilai-nilai keharmonisan dalam membangun kualitas kemanusiaan.

Perpaduan kata silih dengan masing-masing kata asih, asah, asuh menjadikan kata majemuk mengandung makna transformasi nilai yang bersumber dari subtansi makna nilai: asih, asah, asuh dalam kehidupan antar manusia dalam realitas kehidupan masyarakat, sehingga terbangun harmonisasi yang saling ketergantungan untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan. 

Dalam proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui suatu tahapan yang memiliki relevansi dengan konsep silas, yang dimulai dari tahap ’penyadaran’ berlandaskan nilai asih melalui silih asih, tahap ’pengkapasitasan’ berlandaskan nilai asah melalui silih asah, dan tahap ’pendayaan’ berlandaskan nilai asuh melalui silih asuh. 
 
Keberhasilan proses pemberdayaan masyarakat berlandaskan nilai silas yang berjalan baik dan benar dalam kehidupan masyarakat akan menghasilkan silih wangi, yang menunjukkan bahwa makna nilai wangi sebagai kualitas manusia utama dalam perspektif makhluk individu, sehingga dalam kehidupan sosial akan menghasilkan masyarakat tengtrem kartaraharja. 

Oleh karena itu, esensi makna nilai silas ini bersifat universal sesuai nilai-nilai Pancasila yang digunakan sebagai metode pemberdayaan masyarakat memiliki ciri-ciri berfikir kefilsafatan, yaitu bersifat; konseptual, koheren (runtut), dan sistematis.