Agresi Militer I di Sumedang (1): Serbuan Belanda Kembali

Untuk menahan gerak maju tentara Belanda ke Sumedang, Kapten Sentot memerintahkan Kompi Amir Mahmud menghancurkan jembatan dan membuat rintangan di sepanjang jalan, terutama di Cadas Pangeran malam itu.

Amir Mahmud melaksanakan perintah itu, dibantu oleh Letnan Karisman, Kepala Pabrik Senjata di Cijeruk. Namun upaya keras para pejuang ini belum mampu menahan serbuan tentara Belanda. Dengan persenjataan lengkap dan pasukan tank, serta serangan udara pesawat tempur, Belanda menyerbu kota Sumedang sepanjang malam itu.

Kompi Lukas, bersama Kompi Mursyid yang bertahan di Pasar Sumedang, dan Kompi Suharya di Rancapurut, akhirnya tidak dapat bertahan dalam pertempuran sengit selama dua jam, dan terpaksa mundur. Pada 22 Juli 1947 itu, Belanda dapat menguasai kota, didahului satuan tempur serta ratusan pasukan bermotornya. Sehingga para pejuang bersama batalyon Sentot mundur dua kilometer ke luar kota Sumedang. Mereka bertahan sambil membuat pertahanan di Darmaraja.

Bupati Sumedang (waktu itu) Raden Hasan Suria Sacakusumah ikut mundur ke daerah pegunungan karena Belanda telah menguasai seluruh kota. Untuk mengatasi kekosongan pemerintahan di Kabupaten Sumedang, pihak Belanda mengangkat Raden Tumenggung Muhammad Singer sebagai Bupati Sumedang. Semenjak dikuasai militer Belanda, Mayor Sadikin terus berupaya membuat pertahanan gerilya di sekitar pegunungan Sumedang, di daerah segitiga Dayeuhluhur, Situraja dan Margawindu.

Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda dan mempertahankan kemerdekaan berlangsung dimana-mana. Bahkan setelah Perjanjian Linggarjati 21 Juli 1947 di Linggarjati, Jawa Barat, tentara Belanda melakukan agresi (Agresi Belanda I) di seluruh Indonesia.

Agresi Militernya bergerak dari Bandung ke arah Cileunyi menuju Sumedang, sehingga beberapa kesatuan tentara RI terpaksa mundur ke Sumedang. Di antaranya Resimen VI (pimpinan Mayor Sadikin), dan Batalyon-27 di bawah komandan Kapten Sentot Iskandar Dinata. Termasuk Kompi Amir Mahmud (yang bermarkas di Situraja), Resimen V pimpinan Mayor Rambe, dan Resimen VII (pimpinan Mayor Omon Abdurachman yang bermarkas di Buahdua).

Beberapa group ini kemudian membentuk suatu pasukan gabungan yang disebut Gabungan Gerilya Djawa Barat Oetara (GGDBO) yang bertugas menahan agresi Belanda dan membuat pertahanan di Kota Sumedang. Gabungan juga membentuk satuan penggempur yang berjaga-jaga hingga perbatasan Bandung dan Sumedang. Mereka membuat pos-pos penjagaan strategi di Sindangjati, Sumedang Utara, Tanjungkerta, Conggeang, Cipunagara, Ciuyah dan Cimalaka.

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave
  • John Doe

    Megan

    Sep 25, 2023 09:34

    Thankѕ for finalⅼy talкing аbout >Agresi Militer I di Sumedang (1): Serbuan Belanda Kembali <Liked it!

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828