Buku Ditiung Memeh Hujan, Sebuah Karya Pemikiran Pangeran Aria Soeria Atmadja

…radja-radja manoek eusi eta leuweung, anoe sakitoe lobana teh, laun-laun mah ngarasa teter teu barisaeun nyingsieunan ka eta manoek semah... ari estoe-estoena eta manoek leuweung teh barodo remen  diaradoe djeung pada batoer lantaran tjetjek botjek atawa alatan mareboetkeun boeah sasiki bae geur pasea.…lawas-lawas manehanana nepi ka djlegna pisan ngaraton di dinya. (Soeria Atmadja, 1920: 8).

Artinya:
...Ada satu burung ingin menjajah dunia 
untuk mencari pengalaman dan makanan 
yang aneh yang tidak ada di daerahnya. 
Selain mencari makanan, burung tamu 
tersebut masuk hutannya makin lama 
makin ke dalam, lama-kelamaan raja 
burung yang ada di hutan tersebut jadi 
kalah oleh burung tamu tersebut.... 

…pada kenyataannya burung hutan tersebut pada bodoh, senang berantem dengan teman-temannya, karena rebutan  makanan…lama kelamaan burung tamu  tersebut menjadi raja.
 
Bagaimana sikap Pangeran Aria Suria Atmadja terhadap pemerintahan kolonial Belanda? Sepertinya Pangeran Aria Suria  Atmadja memilih dipimpin oleh  pemerintah kolonial Belanda daripada oleh raja pribumi atau bangsa asing lainnya, hanya tidak dijelaskan dalam tulisannya tersebut apakah bangsa asing lainnya tersebut oleh Inggris atau Portugis.

Dalam hal permintaan Pangeran Aria untuk melatih senjata para pemuda pilihan kepada Belanda, dalam buku ”Ditioeng Memeh Hoedjan” Pangeran Aria Suria Atmadja merujuk pada cerita (dongeng) burung pribumi yang meminta dilatih berperang kepada rajanya (burung pendatang). 

Terlepas dari apakah dongeng yang dimaksud tersebut merupakan cerita  fiksi atau nonfiksi, yang jelas tetap cerita  tersebut perlu diapresiasi sebagai karya  luhung yang berisikan keinginan, cita-cita dan harapan Pangeran Aria Suria Atmadja untuk melatih para pemuda pinilih 
Sumedang untuk dilatih belajar bersenjata. Pangeran Aria pun mengupas dalam 

tulisannya tentang keuntungannya belajar  berlatih senjata atau ikut lakon djoerit dalam tulisannya Ditioeng Memeh Hoedjan halaman 36. Lakon Djoerit bukan saja supaya tangkas menggunakan senjata  untuk melawan musuh, akan tetapi juga 
untuk menambah harkat dan martabat orang pribumi, karena dalam berlatih kemiliteran, dilatih juga untuk menuruti  perundang-undangan dan perintah, menjaga ketertiban baik di rumah maupun di tempat kerja, memelihara barang-barang pribadi atau pun barang titipan, serta belajar gotong-royong dalam mengerjakan sesuatu.

Untuk wargi Sumedang yang mempunyai buku tersebut, kontak mimin juga yah, mimin hanya memantik saja. 

Halaman Sebelumnya

Komentar

wave
  • John Doe

    Alena

    May 11, 2023 05:50

    Іt's awesome for me to have a websitе, which is valսable in favoг of my know-how. thanks admin

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828