Masjid Agung Sumedang dan Pengaruh Arsitektur Cina

Ngabuburit di sekitaran Alun-alun Sumedang, lalu menghabiskan waktu menunggu buka puasa di Masjid Agung Sumedang, nambah kegiatan positif, dengan cara mengaji misalnya. 

Membicarakan Masjid Agung Sumedang, salah satu bangunan cagar budaya di Sumedang. Masjid yang dipengaruhi seni arsitektur Cina tersebut, bentuk dan sebagian bangunannya masih terjaga keasliannya hingga sekarang.

Nah Masjid Agung Sumedang, dibangun pada tahun 1850 saat Bupati Sumedang dijabat oleh Pangeran Suria Kusumah Adinata atau dikenal dengan Pangeran Sugih. Masjid tersebut dibangun di atas tanah wakaf dari Raden Dewi Siti Aisyah.

Awalnya Masjid Agung Sumedang, memiliki luas bangunan 583,66 meter persegi di atas tanah seluas 6.755 meter persegi. Pembangunannya pun dimulai pada tanggal 4 Rajab 1267 H atau 3 Juni 1850 M dan selesai pada tanggal 8 Ramadhan 1270 H atau 5 Juni 1854 M.

Bangunan tersebut kemudian diperluas saat Bupati Sumedang dijabat oleh Pangeran Aria Suria Atmadja atau dikenal juga dengan sebutan Pangeran Mekah (1883-1919). Bangunan Masjid Agung Sumedang mengalami pelebaran ke depan, samping utara dan samping selatan dengan penghulunya K.H.R. Muhammad Hamim.

Adanya peran serta Etnis Tionghoa, bentuk bangunan Masjidnya dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Sehingga ada perpaduan antara arsitektur Islam dengan arsitektur Tionghoa. Hal tersebut bisa dilihat dari bentuk atap Masjid yang bersusun tiga, mirip bangunan pagoda.

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave
  • John Doe

    Marwan

    Apr 12, 2022 07:38

    Referensinya dari mana, min ?

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828