Namun, pada saat tertentu setan yang menyamar menjadi semut hitam mendatangi batu tersebut untuk melaporkan bahwa di bumi sudah tidak ada manusia lagi dan jika sang batu merasa capek karena terus-menerus berdiam diri maka dipersilahkan untuk bergerak atau menggeliat untuk sekadar melemaskan otot-otot yang kaku. Nah, karena laporan dari semut hitam itulah maka sang batu pun akhirnya bergerak dan dengan begitu terjadilah gempa bumi, tentunya manusia yang masih mendiami bumi pun kaget karena gempa bumi, dan mereka tahu bahwa semua ini pasti akibat dari laporan palsu dan hasutan dari setan yang menyamar menjadi semut hitam bahwa bumi sudah tak lagi di huni manusia. Maka dengan panik manusia-manusia di bumi kemudian berteriak-teriak untuk memberitahu bahwa di bumi masih dihuni oleh manusia dengan harapan sang batu yang berada di atas gunung mendengar dan kemudian menghentikan gerakannya. Oleh karena itu hingga kini tiap kali terjadi gempa maka dengan serentak masyarakat di Sunda akan berteriak; Aya! Aya! Aya! Untuk memberitahu bahwa bumi ini masih dihuni oleh manusia.
Begitu wargi Sumedang, akan tetapi cerita tersebut merupakan mitos Sunda yang termasuk ke dalam tradisi lisan yang disampaikan secara turun-temurun. Kalau secara ilmiahnya gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Makin tahu Indonesia Sumber: budaya-indonesia.org
Belum ada komentar.