Kedua, pendidikan adalah hak setiap jiwa. Pendidikan dalam kelas-kelas sekolah harus terjangkau oleh setiap orang. Keran ini adalah amanat undang-undang. Tidak boleh ada seorang pun warga negara yang terhalang akses menuju sekolah, dari sisi materi, sarana dan prasarana.
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah komitmen kita semua pasca merdeka bahkan menjadi alat perjuangan dalam merebut kemerdekaan. Oleh sebab itu, negara harus memastikan tidak ada seorang warga negara yang tidak merdeka dalam hak aksesnya terhadap sekolah sejak pendidikan pra sekolah hingga perguruan tinggi.
Ketiga, pendidikan harus dimulai sejak keluarga hingga hubungan antar umat manusia. Orangtua terutama Ibu adalah madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Menciptakan pendidikan yang berkualitas di negeri ini harus diawali dengan menciptakan pendidikan keluarga yang berkualitas pula. Maka sudah barang tentu pendidikan kelarga berkualitas adalah karena ada sosok ibu yang memberikan asuhan terbaik bagi anak-anaknya. Mansuia lahir dari sebuah keluarga yang kemudian berkembang menuju populasi sosial yang lebih luas yaitu masyarakat, lalu menjadi bangsa dan umat manusia di seluruh dunia. Semua harus ditata dengan satu alat besar bernama pendidikan.
Mari menghadirkan pendidikan dalam ruang waktu yang seluas-luasnya. Tidak terbelenggu dalam euforia seremonial hari pendidikan atau hari guru atau hari-hari apapun namanya yang terkadang memakan anggaran yang justru mengesampingakn instrumen pendidikan yang lebih ruhiyah.
Diujung tulisan ini penulis berharap ruh pendidikan di negeri kita benar-benar menjadi ruh kebangkitan peradaban yang sesungguhnya. Maka pendidikan itu sendiri juga harus memiliki ruh. Apa artinya gedung sekolah megah, fasilitas serba ada, guru-guru bergelar mentereng, tapi di dalamnya tidak ada ruh pendidikan sama sekali.
Tentu benarlah adanya petuah Kyai Imam Zarkasyi dan Kyai Hasan Abdullah Sahal Gontor untuk kita semua “at-thariqah ahammu minal maddah, wal mudarris ahammu minat thariqah, wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi" yang berarti "materi Ilmu itu penting, namun metode lebih penting dari materi. Metode itu penting, namun guru lebih penting dari metode. Guru itu penting, namun jiwa, ruh (karakter) guru jauh lebih penting dari guru itu sendiri.
Halaman Selanjutnya
Belum ada komentar.