Sekilas Tentang Kereta Kencana Naga Paksi

Dalam acara-acara kebesaran kerajaan, raja menghadiri acara tersebut menggunakan sebuah kendaraan, yaitu kereta kencana. Kereta kencana memiliki nilai fungsi yang berbeda, memiliki nilai simbol sosial, kebudayaan, dan mengandung makna religi. Kereta kencana disimpan dan dirawat disebuah tempat yang disebut keraton.

Nah jika wargi Sumedang pernah berkunjung ke Museum Prabu Geusan Ulun, gedung terakhir yang menjadi bagian Museum Prabu Geusan Ulun adalah Gedung Kereta. Sesuai dengan namanya, gedung ini diperuntukan untuk menyimpan Kereta Naga Paksi. 

Kereta Naga Paksi atau yang dikenal sebagai Kereta Kencana Naga Paksi merupakan kereta kencana yang dimiliki oleh Sumedang Larang. Kereta Kencana Naga Paksi merupakan salah satu koleksi dari Museum Prabu Geusan Ulun yang memiliki ukuran yang besar yaitu Panjang 7 meter, lebar 2.5 meter, dan tinggi 3,1 meter dan berat kurang lebih 2 ton.

Gedung tersebut dibangun berbarengan dengan pembangunan Gedung Pusaka, pada tahun 1997. Posisinya berdekatan dengan Gedung Pusaka.

Berkaitan dengan Kereta Naga Paksi sendiri merupakan kereta kebesaran kerajaan Sumedang. Sekilas mirip dengan Kereta Naga Paksi Liman di Cirebon karena leluhur Sumedang masa itu yaitu Pangeran Santri berasal dari Cirebon. Pangeran Santri adalah tokoh penyebar agama Islam di Sumedang. Kereta Naga Paksi sangat indah, menunjukkan kemegahan pada masanya. Tempat duduknya beratap diletakkan pada tengah badan kereta. 

Tampak Depan. Foto: Ipul

Kereta ini mempunyai 3 bagian hewan dalam satu tubuh, yaitu:
1. Bagian Kepala: berbentuk kepala gajah memakai mahkota Sang Hyang Pake Binokasih, pada lehernya terdapat kalung ukiran.
2. Bagian Badan : berbentuk badan ular yang bersisik, pada ekornya terdapat gelang.
3. Bagian Sayap : berbentuk sayap Burung Garuda, menutupi sebagian badan.

Pada masa lalu kereta Naga Paksi dibuat dengan kayu namun pada masa sekarang replikanya dibuat dengan rangka besi untuk berbagai acara yang memerlukan kereta diluar museum.

Kereta Naga Paksi mulai digunakan pada masa kepemimpinan Pangeran Koesoemah Dinata/Pangeran Kornel, yaitu sekitar tahun 1791 - 1828 dan masih digunakan pada masa kepemimpinan Pangeran Suria Kusumah Adinata yang berkuasa sekitar tahun 1836 - 1882 untuk keperluan bepergian di dalam kota menghadiri acara dan sebagai kendaraan pernikahan. 

Kereta ini menjadi kendaraan supremasi dari pembesar atau bupati Sumedang pada saat itu. Kereta Naga Paksi yang merupakan peninggalan Pangeran Aria Soeria Koesoemah Adinata, (Bupati Sumedang 1836-1882). Kereta ini dipergunakan untuk upacara kebesaran dan pernah pula direhabilitasi pada tahun 1998 di Cirebon. 

Rangka Kereta Naga Paksi yang beroda empat, disamping kereta yang lainnya, adalah peninggalan nenek moyang beliau, mungkin juga peninggalan Pangeran Kornel ( Bupati Sumedang tahun 1791 1828.) Setidak-tidaknya rangka kereta Naga Paksi ini peninggalan masa Kompeni. Keindahan kereta Naga Paksi ini terletak pada ukiran yang terdapat pada tempat duduk penumpang dan juga pada tubuhnya.

Nah, jika ada tambahan seputar literasi Kereta Naga Paksi, boleh tambahkan di kolom komentar yah. Mimin juga dari berbagai sumber buku yang mimin baca mengenai Kereta Naga Paksi.

Komentar

wave
  • John Doe

    Josephine

    Apr 29, 2022 15:16

    It is іn reality a nice and helpful piece of info. I ɑm glad that уoᥙ just shared this helpful information with us. Please keep us up to date ⅼike this. Thаnks for sharing.

  • John Doe

    Vince

    May 05, 2022 01:02

    Hеllo friеnds, its impressive post on the topic of educationand completely explained, keep it up all the time.

  • John Doe

    Muriel

    May 13, 2022 08:31

    When I іnitially commented I clicked the "Notify me when new comments are added" checkbox and now each time a comment is added I get three emails with the sɑme comment. Is therе any way you can remove people from that serviⅽe? Thanks a lot!

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel