Tumenggung Aria Soeria Koesoemah Adinata (1): Gejolak Kekuasaan Jepang

Bupati Sumedang Tumenggung Aria Soeria Kusumah Adinata diangkat pada Maret tahun 1937 menggantikan jabatan Bupati sebelumnya, yaitu Adipati Koesoemadilaga. Sebelum ia dilantik, namanya dikenal sebagai Raden Soeria Soemantri atau Dalem Aria dan sebelumnya menjadi Patih Karawang. 

Selama masa pemerintahan Bupati Tumenggung Aria Soeria Koesoemah Adinata di Sumedang, dibantu beberapa pejabat bawahannya, di antaranya adalah Patih Raden Kartahadimaja, Wedana Distrik Sumedang Kota Raden Wirahadikoesoemah, Wedana Distrik Tanjungsari R. Nataprawira, Wedana Distrik Conggeang R Suriaamijaya, Wedana Distrik Darmaraja R Sumitrakusumah dan Raden Tanukusumah.

Terjadi perubahan besar pada masa pemerintahan Tumenggung Aria Soeria Koesoemah, yaitu kekuasaan atas Hindia Belanda. Hindia Belanda dikuasai militer Jepang, dan kemudian memasuki masa awal Indonesia merdeka. 

Seiring menyerahnya Belanda kepada Jepang pada 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang. Sejak itu Hindia Belanda (Indonesia) berada di bawah pendudukan Jepang. Sumedang akhirnya juga dikuasai pasukan Jepang, setelah menerobos pertahanan Belanda di sepanjang jalan Bandung-Tanjungsari hingga memasuki Kota Sumedang. 

Kota Sumedang berhasil direbut Jepang dari pasukan Belanda, dengan taktik menerobos hutan dan pegunungan sehingga posisi pasukan Jepang berada di belakang pertahanan Belanda.

Pada bulan Agustus 1942 Jepang menghapus keberadaan Gunseibu dan menetapkan lagi sistem pemerintahan seperti pada masa Belanda. Keresidenan Priangan tetap berstatus keresidenan yang menurut istilah Jepang: Priangan Syuu. 
Priangan Syuu dipimpin oleh seorang residen (yang disebut Syucokan, yang waktu itu tetap dijabat oleh Kolonel Matsui. 

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828