Sekilas Tentang Jembatan Cincin di Sumedang

Sudah pada tahu dong tentunya gambar di atas? Ya, Jembatan Cincin. Wargi Sumedang tentunya sudah tahu banget jembatan tua tersebut di mana. Jembatan yang dikenal angkerlah, banyak cerita mistislah. Tetapi, mimin kali ini tidak akan membahas tentang keangkeran jembatan tersebut. Jembatan yang berada di Cisaladah, Cikuda, Kecamatan Jatinangor tersebut menjadi ikonik untuk Kabupaten Sumedang.
Kawasan pendidikan Jatinangor, Kabupaten Sumedang mungkin hanya terkenal dengan beberapa perguruan tingginya. Memang, Jatinangor yang kita kenal sekarang, dulunya adalah daerah perkebunan yang luas. Jauh sebelum perguruan tinggi seperti Ikopin, Unwim atau pun Unpad berdiri, daerah ini adalah salah satu penghasil karet dan teh yang cukup besar untuk Belanda pada masa itu.
Kecamatan Jatinangor adalah kawasan yang bisa dibilang banyak memiliki situs bersejarah. Salah satunya Jembatan Cincin tersebut. Jembatan tersebut pada awalnya dibangun oleh Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf, sebuah perusahaan kereta api milik Belanda sekitar tahun 1917/1918.
Pada Koninklijke Besluit (Peraturan Negara) tanggal 4 Januari 1916 serta Lembaran Negara Nomor 36. Awalnya hanya akan dibangun rel kereta api Rancaekek-Jatinangor saja sepanjang 5,25 km untuk keperluan mengangkut hasil perkebunan Jatinangor saja.
Atas permintaan pihak militer rel kereta api itu agar digunakan untuk keperluan angkutan umum juga, maka diperpanjanglah jalur rel tersebut hingga ke Tanjungsari dan Citali sepanjang 11,5 km. Tetapi kemudian rel kereta api hingga Citali ditangguhkan karena kekurangan biaya dan peralatan untuk menembus alam di sana sehingga rel kereta api itu hanya sampai Stasiun Tanjungsari.
Jembatan dengan 11 tiang dan 10 lekukan yang mirip setengan cincin, pada saat itu jembatan tersebut berfungsi sebagai salah satu jalur kereta api yang menghubungkan daerah Rancaekek dan Tanjungsari. Pada masa itu, kereta tersebut menjadi penunjang lancarnya perkebunan karet di Jawa Barat. Penduduk sekitar perkebunan Jatinangor dan Tanjungsari dahulunya menyebut Jembatan Kereta Api si Gobar. Si Gobar adalah nama julukan kereta api yang kerap melewati rel kereta api tersebut.
Namun, pembangunannya terhenti akibat persoalan keuangan di Pemerintahan Hindia-Belanda ditambah kedatangan Jepang.Saat bangsa Jepang datang dan mulai menduduki Indonesia sekitar tahun 1942, Jembatan Cincin pun diambil alih. Tiang dan besi tua yang menjadi rel di jembatan tersebut dibongkar dan dibawa paksa oleh Jepang. Mungkin karena menurut Jepang sudah tidak terpakai lagi, maka seluruh besi yang ada diambil. Semenjak itulah, kegiatan kereta api di Jembatan Cincin terhenti.
Panjangnya jembatan tersebut mencapai 40 meter. Nah wargi Sumedang, bisa menikmati indahnya beberapa spot Jatinangor di atas Jembatan Cincin. Jangan lupa juga untuk tetap merawatnya yah. Eh, iya abadikan momennya dan tag akun mimin yah.
Jika ada yang kurang, bisa tambahkan di kolom komentar yah!
Kategori
-
370
-
152
-
132
-
98
-
112