Tidak asing lagi bagi wargi Sumedang jika mendengar Marongge, dulu dikenal sekali dengan peletnya, Pelet Marongge. Pada hari-hari tertentu akan banyak yang datang ke Makam Keramat Marongge, yaitu di Desa Marongge Kecamatan Tomo.
Tapi mimin di sini tidak akan mengupas perihal pelet Marongge, akan tetapi mimin akan membahas cerita Marongge yang sudah turun temurun dan bahkan Sasakala Marongge sudah ada bukunya juga yang ditulis oleh Aan Merdeka Permana yaitu Sasakala Lembur Marongge dan Rusiah Pelet Marongge.
Cerita rakyat merupakan cerminan dan memiliki peranan yang penting dalam menyimpan kebudayaan dan mempertahankan eksistensi diri. Selain itu, cerita juga sebagai sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan, mewariskan gagasan, dan nilai-nilai tersebut kepada generasi berikutnya. Baiklah berikut cerita rakyat Sasakala Marongge.
Pada zaman dahulu, ada seorang wanita yang sedang mengalami patah hati, namanya Nyai Gabug. Ia patah hati karena seorang lelaki. Untuk mengobati dan melupakan sakit hatinya, Nyai Gabug mengembara bersama tiga orang adiknya, Setayu, Naibah, dan Naidah.
Nyai Gabug mempunyai paras yang sangat cantik yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Siapapun yang berjumpa dengannya, baik lelaki ataupun perempuan, akan langsung menyukainya, dan bagi lelaki tentu ingin memperistrinya.Akan tetapi, pria mana yang telah membuat Nyai Gabug patah hati. Siapapun tidak akan percaya Nyai Gabug harus mengalami sakit hati seperti itu.
Dalam perjalanannya, Nyai Gabug dan tiga adiknya tiba di suatu bukit di ujung sebuah desa, untuk selanjutnya ia membuka lahan dan mendirikan tempat tinggal disitu. Karena keempat wanita tersebut mempunyai paras yang cantik, maka berita tentang tinggalnya Nyai Gabug di tempat tersebut sangat cepat menyebar dari mulut ke mulut.
Tentunya banyak yang kepo dong, banyak yang mendatangi tempat keempat wanita cantik tersebut, kecantikannya tiada tandingannya. Akhirnya banyak lelaki yang jatuh hati dan mencoba untuk meraih simpati adik-adik dari Nyai Gabug.
Nyai Gabug sendiri kerap mendidik dan mewanti-wanti ketiga adiknya supaya tidak gampang tergoda oleh rayuan lelaki, karena Nyai Gabug tidak ingin ketiga adiknya mengalami patah hati seperti dirinya. Ketiga adiknya itu menuruti apa yang telah dinasehatkan kepadanya, mereka memegang teguh amanat sang kakak, dan berjanji tidak akan tergoda oleh lelaki sebelum sang kakak memberikan restu.
Kabar tentang kecantikan Nyai Gabug dan ketiga adiknya tersebut, sampai ke telinga Raja Gubangkala. Kabar tersebut membuatnya penasaran dan ingin mendatanginya sendiri, lain dari biasanya, Raja Gubangkala pergi dari keraton sendiri dan tidak mewakilkan pada siapapun.
Singkat cerita, Raja Gubangkala tiba di tempat tinggal Nyai Gabug dan ketiga adiknya. Dan benar saja, begitu bertemu dan beradu tatap dengan Nyai Gabug, Raja Gubangkala langsung jatuh hati dan ingin memperistrinya, saat itu juga Raja Gubangkala melamar Nyai Gabug untuk dijadikan permaisuri di kerajaannya.
Nyai Gabug pun tidak serta merta menerima lamaran tersebut, dirinya memberikan syarat pada Raja Gubangkala, yang jika syarat tersebut bisa dipenuhi, baru dirinya mau diperistri oleh Raja Gubangkala. Syarat yang diajukan adalah, Raja Gubangkala harus bisa mengembalikan kukuk (sejenis buah labuh) yang sudah dihanyutkan ke hilir, agar kembali pada tempat asalnya dihanyutkan. Raja Gubangkala kaget mendengar syarat tersebut, itu hal yang mustahil pikirnya.
Namun syarat tersebut coba disanggupinya, karena dirinya pun bukan orang sembarangan dan memiliki kesaktian. Namun apa daya, dengan kesaktiannya pun dirinya tidak bisa memanggil kembali kukuk yang telah dihanyutkan ke hilir, kukuk terus hanyut dan tak kembali.
Sementara, ketika Nyai Gabug mempraktekkan hal yang sama, yaitu memanggil kembali kukuk yang telah dihanyutkan, ia bisa melakukannya, kukuk yang telah hanyut ke hilir berbalik arah ke hulu setelah Nyai Gabug memanggilnya.
Perihal tersebut, mengisyaratkan kedigdayaan ilmu Nyai Gabug dan bukti bahwa kecantikannya memikat siapa saja, bukan hanya manusia, bahkan kukuk yang merupakan benda mati pun tertarik dan takluk pada kecantikan Nyai Gabug.
Melihat itu, Raja Gubangkala menyerah dan mengurungkan niatnya untuk memperistri Nyai Gabug, karena dirinya telah melihat sendiri Nyai Gabug bukan wanita sembarangan dan memiliki kesaktian serta pesona yang luar biasa.
Semenjak saat itulah, tidak ada yang berani mendekati Nyai Gabug beserta ketiga adiknya, karena merasa mustahil akan bisa mengabulkan syaratnya, syarat serupa yang pernah diberikan pada Raja Gubangkala.
Beberapa lama dari kejadian tersebut, Nyai Gabug sakit parah sampai tidak sadarkan diri. Ketiga adiknya seketika kaget dan merasa khawatir. Tapi tidak lama dari itu, Nyai Setayu menerima ilafat harus mencari getah buah kilaja muning untuk menyembuhkan Nyai Gabug, dan getah tersebut harus dioleskan pada bibirnya.
Benar saja, Nyai Gabug sembuh seketika setelah bibirnya diolesi getah kilaja muning. Setelah Nyai Gabug sadar dan membuka matanya, dirinya memerintahkan tiga adiknya untuk segera menggali tanah dan membuat sebuah lubang, ketiga adiknya pun menyanggupinya.
Setelah selesai menggali lubang, Nyai Gabug masuk ke dalam lubang tersebut dan memerintahkan ketiga adiknya untuk segera menutup lubang itu dengan menggunakan rengge (ranting). Setelah lubang tertutupi rengge dengan sempurna, Setayu, Naibah, dan Naidah kaget, karena dari sela-sela ranting ada cahaya berkelebatan seperti merong (melihat/menyorot) pada ketiganya. Semenjak saat itu, tempat itu dinamakan Marongge, yang merupakan gabungan dari kata merong dan rengge.
Nah begitu wargi Sumedang cerita rakyat Sasakala Marongge yang mimin gubah dari wewengkonsumedang.com. Mungkin di daerah wargi Sumedang lainnya banyak juga cerita tentang nama daerahnya, silakan tulis di kolom komentar yah.
Arip
Jun 17, 2023 10:16Lalu apakah Nyai Gabug ngahiang atau meninggal ?