Larangan Menyebut Kata 'Peda' di Desa Citengah Harus Menyebut Bedog Mintul

Di Citengah, kata yang tabu diucapkan itu adalah "peda" atau ikan asin.
Odi, yang dijadikan sesepuh Desa Citengah, larangan atau tabu mengatakan peda sudah berlangsung lama. Namun Odi tidak tahu persis.
 
Konon, kata Odi, dulu ada orang sakti yang melarang mengucapkan kata itu. Makam orang yang dianggap sakti itu ada di Desa Citengah. Dianggap sebagai makan keramat. Menurutnya, tidak ada yang tahu dan tidak boleh ada yang tahu, nama orang sakti itu.

Pada nisan makan orang sakti itu pun tak ada tulisan. Makamnya dibatasi jejeran batu batu berbentuk segi empat dan nisan di bagian kepala dan kaki. Makam berada di bawah pohon besar nan rindang.
 
Ada orang datang ke Citengah terus mengucapkan kata peda. Ketika pulang, kendaraannya tergelicir. Pernah juga ada sekelompok warga sedang membakar peda. Datang yang lainnya dan berkata: "Wah lagi bakar peda. Asyik," kata Iyul menirukan orang itu. "Saat itu siang hari cuaca panas. Tiba tiba berubah dan turun hujan dengan derasnya beserta angin," tutur Iyul.

Untuk menjawab mitos tersebut, dikutip dari cipakudarmaraja.blogspot.com di Desa Citengah sendiri, ada satu karuhun atau leluhur yang makam keramatnya terletak di Cibingbin. Warga sekitar menyebutnya dengan "Eyang Bingbin", konon keberadaan makam ini, sangat erat kaitannya dengan Mitos larangan menyebutkan kata Peda. 

Menurut cerita rakyat yang ada eyang Bingbin adalah seorang tokoh yang mula-mula memimpin di Kampung Citengah pada jaman Kerajaan Sumedanglarang.  

Waktu itu kedatangan Prabu Siliwangi (Prabu Jaya Dewata) bersama isterinya Ratu Rajamantri putra Prabu Tirtakusuma (Sunan Tuakan) dari Sumedanglarang, oleh karena kedatangan seorang Raja Pajajaran yang sangat dihormati, maka segenap anggota keluarga dan para abdinya dikerahkan untuk menyuguhkan makanan. 

Namun karena lokasi dusun Citengah yang jauh dari pasar kerajaan Sumedanglarang pada waktu itu atau mungkin belum ada pasar seperti sekarang, maka disuguhkanlah makanan ala kadarnya yaitu nasi, ikan asin "Peda" dan lalapan.  

Prabu Siliwangi tentunya sangat menyukai ikan "Peda" yang disuguhkan tersebut, oleh karena pada waktu sebelum menjadi Raja Pajajaran, menurut Babad Cirebon Prabu Siliwangi pada masa mudanya dikenal dengan nama Pamanah Rasa, sejak kecil beliau diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang Juru Pelabuhan Muara Jati di Kerajaan Sing Apura (Japura - Cirebon), dan Ki Gedeng Sindangkasih adalah pamannya sendiri atau adik daripada Prabu Ningrat Kencana alias Prabu Menak Kencana alias Prabu Dewa Niskala, Raja Pajajaran yang bertahta di Galuh Kawali (Mp. 1475 - 1486 M), ayahnya Pamanah Rasa alias Prabu Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi. 

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave
  • John Doe

    Juliane

    May 04, 2023 21:57

    Ηeya i'm for the firѕt time here. І came acrosѕ this boaгd and I in finding It really useful & it helpеd me out much. I hoρe to offer one thing back and help оthers such as you aideԁ me.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828