Tradisi Bubur Suro (1): Kearifan Lokal yang Masih Dilaksanakan di Rancakalong

Author inimahsumedang • Budaya • August 9, 2022

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan serta kearifan lokal. Berbagai jenis kebudayaan dan kearifan lokal bisa didapatkan dari berbagai suku bangsa di seluruh Indonesia. Kearifan lokal merupakan hasil kebudayaan manusia, memiliki fungsi sebagai pembentukan kepribadian dan karakter yang baik, sebagai penanda identitas atau jati diri sebuah komunitas, sebagai elemen perekat kohesi sosial, sebagai cara pandang sebuahkomunitas, dan sebagai dasar berinteraksi anggota komunitas.

Kearifan lokal terus dipelihara dan dilaksanakan oleh kelompok masyarakatnya melalui penguatan yang terus menerus karena masyarakat merasakan manfaat dan fungsi dari tradisi tersebut. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut melekat kuat dalam masyarakat dan teruji sepanjang hidup masyarakat itu sendiri.

Sumedang merupakan salah satu kabupaten yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Sunda. Selain itu, Sumedang memiliki potensi budaya yang cukup besar sebagai sumber daya pembangunan daerah seperti beranekaragam kesenian, upacara-upacara adat, ilmu pengetahuan serta cerita rakyat.

Mayoritas penduduk Sumedang merupakan masyarakat agraris yang secara langsung menggantungkan kehidupannya pada hasil-hasil pertanian. Begitupun dengan masyarakat yang berada di Dusun Cibulakan Desa Pasirbiru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang.

Bubur sudah selesai dimasak. Foto: Ipul

Masyarakat di Rancakalong masih melaksanakan upacara atau tradisi Bubur Suro. Tradisi ini merupakan salah satu upaya dari masyarakat agraris dalam menjaga kelestarian lingkungan. Tradisi Bubur Suro adalah salah satu tradisi yang secara turun temurun dan konsisten dilangsungkan oleh masyarakat Rancakalong.

Tradisi ini secara konsisten dilaksanakan secara rutin tiap tahun, dilakukan pada tanggal 10 Muharam. Tanggal 10 Muharam diyakini oleh sebagian pemeluk agama Islam dianggap sebagai tanggal yang memiliki banyak peristiwa penting.

Dalam kegiatan tradisi Bubur Suro, nilai-nilai kehidupan seperti solidaritas di antara warga. Tradisi ini juga betujuan menekan ketegangan di tengah masyarakat (pengendalian sosial), sehingga masyarakat bisa hidup berdampingan secara harmonis.

Fungsi lain yang dirasakan oleh masyarakat bahwa tradisi tersebut merupakan upaya dari masyarakat untuk menjaga identitas kelompoknya dalam menghadapi pengaruh buruk yang berasal dari kebudayaan luar.

Melalui cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun, dapat diketahui bahwa lahirnya tradisi Bubur Suro erat kaitannya dengan upaya leluhur dalam menghadapi kelangkaan pangan serta upaya mencari bibit padi pada masa kerajaan Mataram.

Nilai-nilai kearifan dalam tradisi Bubur Suro penting diwariskan kepada generasi muda disaat berbagai krisis muncul pada diri manusia dan lingkungan sekitarnya. Manusia menempatkan alam sebagai sebuah ekosisitem yang saling ketergantungan.

Dalam kondisi seperti ini, bahwa keseimbangan antara manusia dengan alam sebagai tempat untuk bercocok tanam harus senantiasa dijaga dan dipelihara dengan berbagai perlakuan dan tindakan yang positif, di antaranya melalui tradisi atau upacara yang dilakukan secara kolektif.

Nanti Mimin sambung lagi ya untuk tradisi Bubur Suro ini.