Sebentar lagi lebaran nih wargi Sumedang, apakah ada kenangan masa kecil gak pas mau menyambut lebaran nih wargi Sumedang? Boleh ditulis dikolom komentar yah.
Kali ini mimin akan bahas suasana Lebaran di kampung pada tahun 1910-an. Nah hal tersebut bisa kita lihat gambarannya melalui buku yang terbit pada masa itu yaitu buku berbahasa Sunda “Roesdi djeung Misnem” yang ditulis A.C. Deenik dan Rd. Djajadiredja.
Pada jilid buku tersebut tertulis, diperuntukkan bagi murid-murid di sekolah Sunda. Buku yang semuanya berjumlah empat jilid ini, diberi ilustrasi oleh De Bruin. Dalam salah satu bagiannya ada pembahasan khusus tentang Lebaran.
Pasosore, piisukeun lebaran, Roesdi jeung baturna geus karumpul deui di hareupeun masigit bari galegeroan, semu aratoh: "Isukan lebaran! Isukan lebaran!"
"Tah, euy, dewek mah kakara boga sakieu, pepetasan seuseungeuteun isukan teh," ceuk si Bakri.
Begitulah dari penggelan percakapan dua orang anak kecil zaman dulu saat menjelang malam takbiran. Isi pembicaraan mereka tiada lain tentang petasan. Satu sama lain saling bertanya tentang berapa banyak petasan yang akan disulut esok hari ketika Lebaran tiba.
Halaman Selanjutnya
Belum ada komentar.